Iring-iringan krama Desa Adat Buleleng dari 14 Banjar Adat mengikuti Prosesi Melasti, Rabu (5/4). (BP/kmb)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Ribuan krama dari 14 Banjar Adat di wewidangan Desa Adat Buleleng mengiringi prosesi melasti pada Rabu (5/4) siang. Prosesi yang dilaksanakan usai pelaksanaan catur brata penyepian ini menempuh jarak kurang lebih 3 kilometer dengan berjalan kaki.

Sejak pukul 13.30 WITA, krama Desa Adat Buleleng telah memadati Pura Desa Adat Buleleng untuk memulai prosesi melasti. Terlihat Iring-iringan pemedek tampak mengular dari Jalan Mayor Metra menuju Pura Segara Buleleng di kawasan Jalan Erlangga Singaraja.

Baca juga:  Bangunan Pemandian Jaman Kerajaan Direstorasi

Melasti yang bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan serta pembersihan Buana Alit dan Buana Agung ini juga diikuti sebanyak 80 sarad dan 20 kotak ampilan.

Kelian Desa Adat Buleleng, Nyoman Sutrisna menjelaskan keunikan di Desa Adat Buleleng yakni pelaksanaan melasti dilakukan setelah Hari Nyepi. Hal ini mengacu pada Lontar Sunarigama dan Aji Swamandala.

“Hasil Paruman kami dengan 14 banjar adat yang ada, pamelastian dilaksanakan tepat pada purnama kedasa. Berangkat dari Pura Desa Adat Buleleng menuju pura Segara. Iring-iringan  diawali oleh sarad sapuh jagat, kemudian disusul oleh sarad dari Belasan Banjar Adat yang ada,” tuturnya.

Baca juga:  Tokoh Revolusioner Perkembangan Hindu

Menurut Sutrisna, dalam  prosesi di Pura Segara juga dilakukan prosesi mendak tirta di tengah laut, dilanjutkan dengan ngawasuh Pralingga dan Pratime Kahyangan Tiga. “Tirta yang dari Pura Segara nantinya akan dibawa ke masing-masing wewidangan Banjar Adat. Tirta dari pura segara nantinya dipergunakan untuk membersihkan karang di wewidangan tersebut,” tutupnya. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *