BANGLI, BALIPOST.com – Kunjungan wisatawan ke Bangli diprediksi melonjak pada libur lebaran tahun ini. Ada beberapa destinasi wisata yang diprediksi ramai wisatawan pada periode itu.
Dua di antaranya yang diprediksi akan padat kunjungan adalah Penglipuran dan Kintamani. Sementara itu menyambut datangnya libur lebaran, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli telah melakukan sejumlah persiapan. Diantaranya dengan membuat imbauan ke DTW dan usaha pariwisata agar menjaga serta menciptakan keamanan dan kenyamanan di wilayah masing-masing.
Selain itu Disparbud juga membuatkan SOP tentang keamanan bagi DTW. Disparbud juga menambah alat elektronik untuk pemungutan retribusi khususnya di Kintamani. “Selama libur lebaran nanti pegawai dari dinas juga akan piket ke masing-masing DTW untuk memantau dan membantu kelancaran operasional di lapangan,” kata Kabid Destinasi pariwisata Disparbud Kabupaten Bangli I Gede Putu Budiastawa, Kamis (13/5).
Diprediksi angka kunjungan wisatawan ke Bangli selama libur lebaran meningkat hingga dua kali lipat. Didominasi wisatawan domestik.
Disebutkan Budiastawa ada dua destinasi wisata yang diperkirakan ramai kunjungan pada libur lebaran nanti yakni Penglipuran dan Penelokan Kintamani. Selain itu keberadaan dermaga di Desa Kedisan yang sudah direvitalisasi juga diprediksi akan banyak diserbu wisatawan. “Kalau obyek wisata yang di luar dikelola Pemkab, ada air Terjun Tibumana dan air terjun Tukad Cepung pasti akan ramai juga. Hanya saja saat libur lebaran peningkatannya tidak begitu signifikan. Karena pangsa pasar dua air terjun itu lebih ke wisatawan mancanegara,” jelasnya.
Budiastawa mengatakan dengan adanya tambahan anjungan baru di Penelokan, diyakini kekroditan yang sebelumnya biasa terjadi saat momen libur Lebaran akan bisa terurai. Hanya saja untuk masalah parkir pihaknya mengakui masih belum bisa dipecahkan.
Dikatakan selama ini pemkab belum bisa menyediakan tempat parkir representatif karena aset lahan Pemkab terbatas. Parkir kendaraan sebagian besar memanfaatkan lahan milik desa adat, hotel dan restoran serta lahan milik warga. (Dayu Swasrina/balipost)