Penggilingan padi di Banjar Pengiangan Kangin, Desa Pengiangan, Susut. (BP/Ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Pengelola penggilingan padi di Banjar Pengiangan Kangin, Desa Pengiangan, Susut mengeluh kesulitan mendapat bahan bakar solar. Solar susah didapat sejak hargannya naik. “Meski ada rekomendasi, tapi di lapangan (di SPBU) susah dapat. Solarnya tidak ada,” ungkap Wayan Kariasa Pengelola penggilingan padi di Banjar tersebut ditemui belum lama ini.

Dikatakan Kariasa sulitnya mendapat solar menjadi kendala pihaknya dalam melakukan aktifitas penggilingan padi. Penggilingan padi hanya bisa dilakukan secara terbatas. “Tidak bisa giling dari pagi,” ujarnya.

Baca juga:  Kunjungan Libur Panjang, Pengelola Ingatkan Wisatawan Jaga Jarak Lewat Pengeras Suara

Untuk menggiling 500 kg gabah, rata-rata dalam sehari pihaknya butuh solar 20 liter. “Karena sulit dapat jadi sangat kendala sekali,” ujar Sekretaris persatuan pengusaha penggilingan padi (Perpadi) Bangli itu.

Kariasa juga mengungkapkan bahwa karena pengaruh cuaca, pasokan gabah ke tempat penggilingan padinya mengalami penurunan. Sebelumnya saat cuaca bagus, pasokan gabah yang masuk bisa mencapai 1 ton per hari. “Pasokannya biasanya dari daerah sini. Tapi karena kondisinya seperti ini saya juga datangkan gabah dari Lombok,” ujarnya.

Baca juga:  Ini Langkah Tekan Lonjakan Kasus COVID-19 di Bali, Salah Satunya Peniadaan Isolasi Mandiri

Sebagai RMU (Rice milling unit) dari pemerintah, Kariasa mengatakan aktifitas penggilingan padi harus dilakukan tiap hari. Jumlah gabah yang harus digilingnya minimal 500 kg per hari.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli I Wayan Sarma dikonfirmasi untuk mengatasi kesulitan solar pihaknya mendukung pelaku usaha penggilingan padi melakukan alih daya. Dari bahan bakar minyak ke listrik. (Dayu Rina/Balipost)

Baca juga:  Dana LUEP Dihentikan, Perpadi Pinjam di Bank
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *