Ilustrasi petugas kesehatan menyiapkan vaksin COVID-19 dosis keempat saat vaksinasi penguat kedua untuk pelaku pariwisata di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Bali, Sabtu (28/1/2023). (BP/Dokumen Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian Kesehatan RI meminta masyarakat mengaktifkan kembali protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Hal ini mengantisipasi lonjakan kasus di dalam negeri karena mutasi Virus Corona terbaru.

Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril di Jakarta, Jumat (21/4), dikutip dari Kantor Berita Antara, masyarakat agar aktif kembali memakai masker, terutama untuk orang yang sedang sakit, orang yang kontak erat dengan orang yang sedang sakit, dan apabila kita berada di keramaian dan kerumunan. “Tidak lupa jaga kesehatan untuk mencegah kasus kembali naik,” kata Syahril.

Ia mengatakan peningkatan angka kasus saat ini terjadi di negara tetangga seperti Singapura. Selain itu, negara lain yang juga kembali dilanda COVID-19 adalah India.

Baca juga:  Tekanan Psikologis Akibat Dampak COVID-19 Harus Segera Diatasi

Untuk itu Kementerian Kesehatan meminta masyarakat agar kembali memakai masker dan menjalani hidup sehat untuk mencegah potensi lonjakan kasus terutama pada golongan lanjut usia dan kelompok yang belum melakukan vaksinasi COVID-19. “Walaupun kasus baru mengalami penurunan ke 1.145 dari sebelumnya 1.242 kasus, tapi kematian naik menjadi 13 kasus dari sebelumnya 12 jiwa,” katanya.

Selain itu, kasus aktif per Kamis (20/4) pun naik menjadi 10.881 dari sebelumnya 10.448. Sedangkan pasien yang dirawat dalam rata-rata tujuh hari terakhir mengalami kenaikan menjadi 1.617, dari sebelumnya 1.573 orang.

“Kita wajib menjaga kelompok lanjut usia sebagai kelompok yang rentan tertular dan masuk rumah sakit,” katanya.

Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso mengatakan kenaikan kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir dipicu oleh varian terbaru subvarian Arcturus atau XBB 1.16 yang sangat menular. Sejumlah gejala dari varian ini antara lain kasus konjungtivitis atau mata merah terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan indra perasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, hingga diare.

Baca juga:  Pesatnya Penggunaan Online, Rencana Revisi UU ITE Perlu Pertimbangan Matang

Kemenkes melaporkan, saat ini terdapat sepuluh provinsi dengan kasus konfirmasi tinggi, di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dengan jumlah kasus lebih dari 100 orang. Sedangkan Banten, Yogyakarta, Bali Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, masing-masing mencapai puluhan kasus. Seluruhnya didominasi transmisi lokal.

Persebaran Arcturus saat ini telah merambah sedikitnya 29 negara, India berada diurutan teratas angka kasus tertinggi, kemudian Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Australia.

Baca juga:  Ini Penegasan Gubernur Koster, Soal Satgas GR COVID-19 Bisa Himpun Dana Masyarakat

“Arcturus ini memang banyak ditemukan di India. Jika ditilik dari sejarah naik dan turunnya kasus COVID-19, Indonesia selalu mengikuti pola yang terjadi di India yang saat ini mengalami lonjakan kasus yang tajam,” katanya.

India dilaporkan mengalami lonjakan kasus hingga 20 persen dalam sehari, dengan kasus per hari pada Kamis (20/4) mencapai lebih dari 12.500 kasus.

“Sejarah juga menunjukkan di Indonesia kasus COVID-19 melonjak bukan karena perjalanan dan hari libur, tapi karena adanya varian baru. Untuk itu masyarakat jangan lengah, ayo kita pakai masker lagi,” katanya. (kmb/balipost)co

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *