Payas khas Pengotan yang dipakai mempelai pengantin saat tradisi nganten bareng. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Pengotan di Kecamatan Bangli punya tatanan busana adat atau payas khas. Payas khas Pengotan biasanya digunakan oleh para mempelai pengantin saat mengikuti tradisi nganten bareng (nikah massal) di desa adat setempat.

Bendesa Adat Pengotan, I Wayan Kencu mengakui hal itu. Dikatakan, payas Pengotan punya ciri khas sederhana. Yang laki-laki hanya memakai balutan kain hingga menutupi dada dan setengah bahu dan memakai kadutan. Tidak memakai baju. Demikian juga yang perempuan memakai kain yang dibalutkan pada badan.

Baca juga:  Kerajinan dari Akar Bambu, Topeng Tiki Diminati Pasar Internasional

Kencu mengatakan meski penggunaan payas khas Pengotan selama ini tidak/belum diatur dalam aturan adat, namun krama sadar untuk melestarikannya dengan tetap menggunakan pada saat upacara pernikahan. “Kalau kami di desa adat bisa mengetatkan (penggunaan payas khas Pengotan, red). Tapi sejauh ini belum ada rencana seperti itu,” katanya.

Sementara itu terkait tradisi nganten bareng, Kencu mengatakan akan digelar kembali Juni mendatang. Tradisi itu bakal diikuti sekitar 20 pasang mempelai. Nganten bareng menjadi sebuah tradisi yang wajib diikuti warga Pengotan yang melaksanakan pernikahan. Jika belum melalui prosesi nganten bareng, maka pernikahan yang dilakukan warga Pengotan belum bisa diakui atau dianggap tidak sah secara adat.

Baca juga:  Pura Penyusuan Puseh Penegil Dharma Direnovasi

Tradisi Nganten Bareng di Desa Pengotan biasanya dilaksanakan pada Sasih Kapat dan Kadasa. Rangkaian upacaranya dilaksanakan di Pura Penataran Agung desa setempat. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *