Pedagang menyiapkan daging ayam di pelataran Pasar Kumbasari, Denpasar. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja) pada Mei 2023 sebesar 0,34% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya (0,04%, mtm). Namun, lebih rendah dibandingkan inflasi Mei tahun sebelumnya (0,71%, mtm). Secara tahunan, inflasi gabungan dua kota melandai dari 4,45% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 4,07% (yoy) pada Mei 2023.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho, Rabu (7/6) mengatakan, berdasarkan komoditasnya, terjadinya inflasi disebabkan oleh kenaikan harga daging ayam ras, canang sari, air kemasan, daging babi, dan bawang merah. Kenaikan harga daging ayam ras terutama disebabkan oleh peningkatan harga pakan, sedangkan kenaikan harga canang sari akibat peningkatan permintaan untuk rangkaian perayaan Saraswati dan Pagerwesi.

Baca juga:  Kisruhnya PPDB SMP di Denpasar Disoroti Gubernur

Adapun kenaikan harga air kemasan disebabkan oleh keterbatasan pasokan akibat pembatasan operasional truk sumbu tiga pada periode mudik lebaran akhir April
2023. Namun demikian, inflasi yang lebih tinggi dapat tertahan dengan menurunnya harga angkutan udara, cabai rawit, baju anak, angkutan antar kota, dan cabai merah.

Harga cabai rawit dan cabai merah turun didorong peningkatan produksi sejalan dengan periode musim panen. Sementara itu, penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan tren penurunan harga avtur dan normalisasi permintaan pasca liburan Idulfitri.

Baca juga:  Jadwal PKB, Kamis 12 Juli

Pada Juni 2023, risiko yang perlu diwaspadai antara lain tren kenaikan harga pakan ternak yang berpotensi menyebabkan berlanjutnya kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras, kemudian pencairan gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) dan peningkatan wisatawan (domestik dan mancanegara) berpotensi mendorong kenaikan permintaan barang dan jasa.

Sementara itu, berakhirnya musim panen bawang merah di sentra produksi yang ada di Bali dan NTB, serta keterbatasan pasokan bawang putih impor berpotensi
menyebabkan berlanjutnya kenaikan harga pada Juni 2023. Di sisi lain, masih berlanjutnya musim panen cabai rawit dan cabai merah, serta penurunan harga BBM non-subsidi diprakirakan menjadi faktor penahan laju inflasi Juni 2023.

Baca juga:  Jelang Idul Fitri, Harga Daging Ayam di Karangasem Mulai Merangkak Naik

TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali secara konsisten melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain melalui pembentukan Paiketan Perumda Pangan se-Bali untuk memperkuat peran Perumda Pangan dalam menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga pangan di Bali, kemudian memperkuat dan memperluas Kerja sama Antar Daerah (KAD) dalam Provinsi Bali dan dengan wilayah di luar Provinsi Bali, serta melakukan operasi pasar untuk menjaga stabilitas harga. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *