Payas mekala-kalaan Desa Gebog Satak Tiga. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Masyarakat di Desa Adat Buungan, Kecamatan Susut hingga saat ini masih melestarikan tradisi dan budaya yang diwariskan leluhurnya. Salah satunya terkait busana yang digunakan saat upacara mekala-kalaan.

Busana yang digunakan pengantin di Desa Adat Buungan saat upacara mekala-kalaan sederhana. Pengantin laki-laki hanya memakai udeng batik, memakai saput, Kamen kadutan/keris, memakai pucuk daun dapdap dan bunga pucuk bang. “Pemakaian bunga pucuk bang memang sudah dari dulu. Sebelum jadi icon Bangli, pucuk bang sudah digunakan warga di sini dalam payas mekala-kalaan,” ungkap Bendesa Adat Buungan, Nyoman Brata, Jumat (9/6).

Baca juga:  Seorang ASN Pemkab Bangli Terkonfirmasi Positif COVID-19, Diduga Tertular Dari Sini

Sedangkan pengantin perempuan, memakai saab sebagai penutup kepala, handuk sebagai penutup badan, serta memakai kamen dan tapih. Brata mengaku dirinya tidak tahu secara pasti apa filosofi pemakaian saab bagi pengantin perempuan. “Mungkin supaya tidak saab-soob (istilah bahasa Bali). Karena kan sudah bersuami, sudah tidak seperti orang bajang. Mungkin seperti itu,” ujarnya.

Brata mengatakan meski penggunaan payas mekala-kalaan belum ada diatur secara tertulis dalam aturan adat, namun Krama di Buungan tetap melestarikannya dengan tetap menggunakannya saat prosesi mekala-kalaan. Belum pernah ada pengantin yang tidak memakainya. “Seberapapun mampunya (secara ekonomi), tetap memakai itu saat upacara mekala-kalaan. Kalau saat resepsi, bebas,” terangnya.

Baca juga:  Gianyar Raih Penghargaan di Anugerah Kebudayaan 2019

Untuk melestarikan payas mekala-kalaan, Brata mengatakan kemungkinan pihaknya ke depan akan mengaturnya dalam aturan tertulis.

Selain di Desa Adat Buungan, payas mekala-kalaan juga dilestarikan sembilan desa adat lainnya yang masuk dalam Desa Gebog Satak Tiga. Belum lama ini keunikan payas mekala-kalaan Desa Gebog Satak Tiga ditampilkan dalam pawai budaya yang digelar Pemkab Bangli serangkaian HUT kota Bangli ke -819. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Kondisi Pasar Tradisional Yangapi Kian Kumuh dan Sembraut
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *