DENPASAR, BALIPOST.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan angin yang bertiup secara konstan dari Australia menuju daratan Asia berkontribusi memicu gelombang tinggi di sejumlah perairan di Bali. Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Sabtu (10/6) mengungkapkan angin jauh dari Australia konstan bertiup sampai di Bali menjadi cukup kencang.
Menurutnya, dikutip dari Kantor Berita Antara, angin menjadi salah satu indikator yang signifikan mendorong gelombang tinggi di sejumlah perairan di Pulau Dewata. BMKG memperkirakan saat ini sebagian besar wilayah di Bali sudah memasuki musim kemarau dan diperkirakan pada Juli-Agustus 2023 merupakan puncak musim kemarau.
Ada pun angin saat musim kemarau itu merupakan angin timur yang bergerak dari Benua Australia. “Saat kemarau itu angin timuran istilahnya, yang umumnya dari sekitar Australia menuju daratan Asia,” ujarnya.
BMKG terus memantau pergerakan cuaca termasuk potensi gelombang tinggi setiap hari. Berdasarkan pengamatan BMKG, gelombang laut di Bali diperkirakan masih tinggi yakni hingga empat meter di antaranya berpotensi di Selat Bali dan Selat Lombok pada 10-12 Juni 2023 dengan kecepatan angin diperkirakan hingga 40 kilometer per jam yang bergerak dari timur-tenggara.
Bahkan di perairan Samudera Hindia selatan Bali diperkirakan sangat tinggi yakni hingga enam meter. Ada pun Selat Bali adalah jalur penyeberangan Bali-Jawa yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk di Kabupaten Jembrana-Pelabuhan Ketapang, di Kabupaten Banyuwangi.
Sedangkan di Selat Lombok adalah jalur penyeberangan Bali-Lombok yang menghubungkan Pelabuhan Padangbai di Kabupaten Karangasem dan Pelabuhan Lembar di Lombok, NTB. Selat Lombok juga menjadi jalur perlintasan kapal penumpang dan nelayan dari Pelabuhan Benoa Denpasar menuju Indonesia Timur.
Sedangkan di sejumlah perairan wisata Bali di antaranya Nusa Dua, Kabupaten Badung diperkirakan ketinggian gelombang hingga tiga meter. Potensi gelombang laut hingga 2,5 meter juga berpotensi terjadi di Tanah Lot dan Kuta. (kmb/balipost)