Krama bergotong royong mencari sumber air baru dan sekarang Bupda yang mengelola. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Giri Utama di Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo berinisiatif menanggulangi persoalan kesulitan air bersih dengan pengelolaan air bersih. Desa Adat melalui Baga Usaha Praduwen Desa Adat (Bupda), menyediakan dan mengelola air bersih untuk puluhan sambungan air.

Sudah hampir setahun ini, distribusi air bersih dari pipa Perumda Air Minum terputus akibat banjir bandang Oktober 2022 lalu. Sehingga Desa Adat berinisiatif menyediakan distribusi air yang biayanya pinjaman dari LPD Desa Adat setempat.

Bendesa Adat Giri Utama, Ida Bagus Ketut Kemenuh mengatakan sejak 4 bulan terakhir ini, krama di Banjar Tibu Tanggang dan Yeh Mecebur mendapatkan air bersih yang dikelola Bupda Desa Adat Giri Utama. “Kami mulai merintis Bupda untuk air bersih ini. Kami berkoordinasi dengan PDAM, bergotong royong krama Desa Adat mencari sumber air baru dan sekarang Bupda yang mengelola,” ujarnya.

Baca juga:  Pascapenataan Besakih Jalur Bencingah "Mati Suri," Diusulkan Buka Dua Jalur

Untuk modal awal pembelian pompa dan bak penampungan atau pengolahan, Bupda meminjam dana dari LPD setempat dengan nilai Rp 150 juta. “Untuk modal awal, seperti pembuatan bak, pembelian pompa, kelistrikan dan penyaluran air ke pipa rumah warga, sekitar Rp 150 juta,” tambah Kemenuh.

Kemudian Bupda merintis dapat menyambungkan hingga sekitar 80 sambungan di Banjar Tibu Tanggang dan Yeh Mecebur. Sumber air yang diambil dari telebusan beji yang dulunya digunakan untuk pengairan sawah.

Sumber air itu dimanfaatkan karena kebetulan sawah sudah beralih menjadi kebun. Bupda juga menerapkan manajemen pembayaran dan pelayanan pelanggan berdasarkan meteran pemakaian.

Baca juga:  Ari Dwipayana : Umat Hindu Harus Bisa Jadi Contoh Toleransi Beragama

Beban biaya itu dinilai berdasarkan pemakaian air. Setiap sambungan yang melakukan pemakaian 0-10 kubik dalam sebulan dikenai uang beban Rp 70 ribu. Selebihnya dihitung tambahan Rp 5 ribu per kubik. Desa Adat yang terbagi menjadi dua banjar, Banjar Utara dan Adat Daksina ini memiliki 160 KK. Melalui rintisan usaha air bersih yang dikelola Bupda ini diharapkan desa bisa mandiri memanfaatkan potensi yang ada.

Saat ini Desa juga tengah membuat bak penampungan kedua untuk memperluas jaringan distribusi air bersih. Bahkan bila nantinya ini mendapatkan restu, Bupda akan berkembang membuat usaha air minum dalam kemasan.

Baca juga:  Desa Candikuning Miliki Banyak Potensi Wisata Memukau

Desa Adat melalui Bupda juga melayani usaha penyewaan perabot dan alat-alat yadnya. Sekedar diketahui, sudah enam bulan lebih masyarakat di Desa Penyaringan termasuk di Tibu Tanggang sempat mengalami kesulitan air bersih lantaran terputusnya saluran PDAM dampak banjir bandang di aliran Sungai Biluk Poh Oktober 2022 lalu.

Desa Adat yang berada di dekat hutan ini berinisiatif bisa menyediakan air bersih dengan bergotong royong mencari sumber air baru. Selain pembangunan bak penampungan air, Desa Adat juga tengah melakukan perbaikan di Pura Desa dan rencananya pada tahun 2024 nanti untuk tembok penyengker. “tahun ini dari BKK provinsi Bali, kita sudah renovasi gedong. Tahun depan rencananya untuk tembok penyengker Pura desa,” pungkasnya. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *