DENPASAR, BALIPOST.com – Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Prof. Dr. (Hc), Megawati Soekarnoputri bersama Prananda Prabowo secara langsung menyaksikan Gubernur Bali, Wayan Koster beserta Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melakukan Penandatanganan Naskah Kerja Sama antara Gubernur Bali dengan Gubernur Jawa Tengah di Prime Plaza Hotel Sanur, Jumat (16/6) sore. Penandatanganan Naskah Kerja Sama antara Gubernur Bali dengan Gubernur Jawa Tengah dirangkaikan dalam acara “Temu Budaya Jawa-Bali Untuk Indonesia Raya.”
Acara dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, bupati/walikota se-Bali, Rektor Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Bali, bendesa adat dan perbekel se-Bali, tokoh masyarakat serta krama Bali dengan menggunakan busana adat Bali. Kehadiran Megawati yang merupakan Presiden ke-5 RI ini disambut dengan salam Pancasila serta salam Nasional Bangsa Indonesia, Merdeka!!!, Merdeka!!!, Merdeka!!!.
Kemudian, Gubernur Koster menyambungnya dengan alunan pantun, “Pulau Bali Penuh Anugerah, Kami Hidup dalam Harmoni; Acara Hari Ini Makin Meriah, Pak Ganjar Pranowo Hadir Di sini”.
Gubernur Koster mengucapkan terima kasih dan selamat datang kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang menjadi Calon Presiden RI 2024, diusung oleh PDI Perjuangan. Dikatakan, penandatanganan kerja sama ini memiliki tujuan utama, yaitu membangkitkan kembali hubungan kesejarahan antara Tanah Jawa dan Bali yang secara historis terbangun sejak ribuan tahun lalu, berkaitan dengan kebudayaan.
Hubungan kultural ini ditandai dengan kemiripan Aksara Jawa (20 huruf) dan Aksara Bali (18 huruf). Kemiripan Wayang Jawa dan Wayang Bali, kemiripan seni tari dan seni gamelan Jawa dan Bali, kemiripan dalam filosofi kehidupan, kemiripan pemahaman gunung dan laut (Nyegara Gunung), dan kemiripan berbagai ekspresi budaya hidup lainnya.
Hal ini disebabkan, karena memang sejak dahulu ada hubungan kultural Jawa dan Bali, berikut masa keemasan sampai berakhirnya Kerajaan Majapahit. Sebagian orang Bali merupakan keturunan orang Jawa yang pindah ke Bali, dengan membawa budayanya.
Ketika itulah, mulai terjadi akulturasi budaya Jawa dengan budaya lokal asli Bali, yang berkontribusi terhadap peradaban kehidupan masyarakat Bali. Oleh karena itu, dalam menghadapi perkembangan zaman yang sangat dinamis di masa depan, akibat pengaruh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai kebudayaan tinggi yang dimiliki masyarakat Jawa dan Bali, perlu terus dipelihara, diperkuat dan dimajukan agar peradaban kehidupan tetap hidup dan lestari.
“Jangan sampai peradaban ini punah, karena runtuhnya peradaban akan meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Dalam konteks inilah, diperlukan langkah strategis untuk merajut kembali hubungan budaya Jawa dan budaya Bali, agar bisa bangkit kembali guna memperkokoh budaya nusantara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Itulah sebabnya, perlu dikembangkan dan diperkuat hubungan kerja sama antara Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, khusus dalam bidang kebudayaan,” tandas Gubernur Koster.
Ketua DPD PDI Perjuangan Provindi Bali ini, mengungkapkan sesungguhnya dalam praktek sudah mulai terbangun kerja sama. Antara lain Pemerintah Provinsi Jawa Tengah hampir setiap tahun mengirim tim kesenian sebagai peserta pada acara Pesta Kesenian Bali (PKB), termasuk PKB ke-45 tahun 2023 ini. Ke depan, kerja sama ini harus terus diperluas dan diperkuat secara berkelanjutan sepanjang zaman, sebagai wujud bhakti untuk Indonesia Raya.
“Hari ini, Jumat Sukra Pon, Kulantir, menurut kearifan lokal Bali, secara kebetulan, merupakan hari baik atau dewasa ayu, yang ditandai, pertama, semut sadulur dan pepedan artinya memiliki daya tarik kuat, diikuti banyak orang, sehingga yang datang mendekat seperti semut-semut yang beriringan. Kedua, perbintangan suka pinangguh artinya menemukan kegembiraan/rasa senang,” ujarnya.
Gubernur Koster pun berharap dengan kekuatan aura dan restu alam Bali, niat baik dan tulus ini akan melancarkan dan melapangkan jalan Ganjar Pranowo menjadi Presiden RI pada Pilpres tahun 2024 nanti. “Astungkara, sebagai Presiden, Bapak Ganjar Pranowo, pastinya akan memiliki tugas besar dan mulia, yaitu mewujudkan cita-cita kemerdekaan masyarakat adil dan makmur sesuai Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, membangun peradaban nusantara yang ber-bhinneka, membangun Negara Republik Indonesia menjadi negara maju dan kuat, serta mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan sesuai Prinsip Trisakti Bung Karno, melalui Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana, sehingga mampu bersaing dalam percaturan dunia global,” tandasnya.
Untuk itu, Gubernur Koster mengajak seluruh komponen masyarakat Bali secara bersama-sama untuk mendoakan dan mendukung Ganjar Pranowo. “Selamat kepada Bapak Ganjar Pranowo, ucap Murdaning Jagat Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini seraya menutup sambutannya dengan pantun, “Gunung Agung Terfoto Tinggi ke Angkasa Raya, Terdengar Kidung Kuno, Mengalun Menyentuh Jiwa Raga; Bung Karno Pendiri Indonesia Merdeka, Bersama Ganjar Pranowo, Bangun Indonesia Raya”.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyampaikan bahwa Bali telah menjadi daya tarik semua orang, karena budayanya yang begitu kuat. Menurut Sejarawan India, Ramesh Candra Majumdar, bahwa menghadapi gempuran budaya asing, Bali harus diakui telah menjadi benteng terakhir budaya dan peradaban Indo-Jawa. “Karena itu, kami di Jawa Tengah telah mencoba kembali untuk membangkitkan identitas budaya Jawa, dan Solo menjadi episentrum budaya yang masih bisa mengelola kebudayaannya dengan baik. Kita juga mulai mengembangkan kembali pakian adatnya, serta kebudayaan lainnya, apalagi kita memiliki beranekaragam bahasa daerah yang berbeda,” ujar Ganjar Pranowo.
Dengan suasana yang penuh keharmonisan serta diiringi oleh spirit membangun bangsa dan negara Indonesia, Ganjar Pranowo menceritakan bahwa dirinya pernah ditegur oleh Gubernur Koster terkait pelestarian kain tenun tradisional. “Saya sempat dimarahi Pak Gubernur Wayan Koster, katanya Jawa Tengah jangan kirim lurik (kain tradisional Jawa,red) ke Bali agar tidak mengerus endek Bali,” ujar Ganjar seraya menyambut baik inisiatif Gubernur Bali dan bersekapat untuk secara bersama-sama melestarikan kain tenun tradisional di daerah masing-masing.
Penandatanganan Naskah Kerja Sama antara Gubernur Bali dengan Gubernur Jawa Tengah disebutkan Ganjar Pranowo memiliki manfaat untuk rakyat, Bangsa dan Negara Indonesia. Bahkan dalam sejarah Jawa dan Bali, ternyata Pulau ini memiliki sejarah yang panjang.
Dimulai dari Kerajaan Medang berlanjut ke Kerajaan Majapahit, hingga sejarah yang panjang ini menyebabkan terjadinya proses akulturasi yang kuat. Baik itu di agama, seni budaya, dan kepemimpinan yang dikenal dengan konsep kepemimpinan Asta Brata. “Jadi, kerjasama ini akan mewarisi kebudayaan leluhur kita kepada anak-cucu,” pungkasnya.
Usai melakukan Penandatanganan Naskah Kerja Sama, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memberikan Gubernur Koster cinderamata berupa Wayang Gatot Kaca. Kemudian, Gubernur Koster menyerahkan cinderamata berupa Wayang Kayon yang diiringi pementasan tari Jawa Klasik berupa Tari Gambyong dan kemudian disambut dengan tari khas dari Kabupaten Buleleng, Tari Trunajaya yang menggambarkan perilaku seorang remaja yang energik.
Di akhir acara, Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri yang didampingi Prananda Prabowo bersama Gubernur Koster memberikan apresiasi kepada penabuh gamelan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang menabuhkan gamelan Tari Trunajaya. Bahkan, para penabuh dibuat bangga atas semangat Megawati Soekarnoputri yang memompa spirit para penabuh untuk lebih energik saat menabuh gamelan. ‘Applause’ tepuk tangan kemudian diberikan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan ini, saat Megawati Soekarnoputri menabuhkan kendang yang diiringi dengan alunan yang membangkitkan semangat para penabuh dihadapan peserta Temu Budaya Jawa-Bali Untuk Indonesia Raya. (kmb/balipost)