Gede Sanjaya. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri saat membuka PKB 2023 menekankan agar keberadaan Subak di Bali dilestarikan. Mungkin di daerah lain ada metode pengaturan airnya, namun Megawati menegaskan sangat beda dengan di Bali. Justru dia melihat di sinilah kekuatan Bali dalam mempertahankan akar pelestarian budayanya.

Kabupaten Tabanan mengakui pentingnya menjaga kelestarian subak sebagai aset berharga bagi sektor pertanian. Subak, sistem tradisional irigasi yang telah digunakan selama berabad-abad, memainkan peran sentral dalam menjaga keberlanjutan pertanian di daerah ini.

Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, menekankan bahwa subak merupakan warisan leluhur yang wajib dijaga dan dilestarikan. Melalui sistem subak, air irigasi didistribusikan secara adil ke lahan pertanian masyarakat, memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarga mereka.

Selain itu, subak juga memiliki peran penting dalam menjaga kesuburan tanah dan menjaga keseimbangan ekosistem. Sistem irigasi ini membantu mengatur aliran air yang optimal, mengurangi erosi tanah, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman.

“Keberhasilan ini sudah terbukti, dan sekarang tantangan kita adalah bagaimana mempertahankan eksistensi subak. Selain adanya regulasi seperti Perda, Perbup, dan awig-awig, semua pihak harus terlibat, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Kita harus bersatu untuk menjaga dan merawatnya,” ujar Bupati Sanjaya, Senin (19/6).

Pemerintah Kabupaten Tabanan sendiri telah melaksanakan kebijakan yang bertujuan untuk memastikan keberlangsungan subak. Dinas Pertanian secara terus-menerus melakukan pembinaan kepada kelompok-kelompok subak dengan bekerja sama dengan Pekaseh (organisasi petani) dan desa adat. Selain itu, Perusahaan Daerah (Perusda) Dharma Santika juga turut membantu membeli hasil produksi pertanian dari subak dan mendistribusikannya ke beberapa pemerintah daerah di dalam dan di luar Tabanan, serta ke hotel-hotel besar di Bali.

Baca juga:  Megawati Soekarnoputri Dijadwalkan Buka Pawai PKB 2023

“Menjaga eksistensi subak menjadi prioritas dalam kebijakan kami untuk memastikan ketahanan pangan di Tabanan, termasuk di Bali,” tambah Bupati Sanjaya.

Namun, Bupati Sanjaya juga mengakui adanya tantangan dalam menjaga eksistensi subak, terutama dalam hal cuaca. Dampak pemanasan global, seperti cuaca yang ekstrem, musim kekeringan yang panjang, dan fenomena lainnya, menjadi tantangan tersendiri. “Sebagai bagian dari alam, tentu saja kita menghadapi tantangan dan kadang-kadang menghadapi hal-hal yang tidak terduga, termasuk bencana alam secara nasional,” jelasnya.

Bupati Sanjaya menyoroti perlunya pembangunan bendungan di hulu Tabanan sebagai langkah jangka panjang untuk mengatasi tantangan cuaca. Bendungan tersebut akan membantu menampung air saat musim hujan agar tidak terbuang percuma, dan kemudian dapat digunakan saat musim kering dengan mengalirkan air hingga ke hilir. Namun, Bupati Sanjaya mengakui bahwa pembangunan bendungan merupakan program jangka panjang yang membutuhkan biaya yang cukup besar.

“Kita telah menyampaikan kebutuhan akan pembangunan bendungan ini kepada balai pengairan di Provinsi, dan semoga ini menjadi perhatian pusat. Pembangunan bendungan akan menjadi solusi yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan subak dan ketahanan pangan di Tabanan,” tambah Bupati Sanjaya.

Dalam upaya menjaga eksistensi subak dan memastikan keberlanjutan sektor pertanian, Kabupaten Tabanan terus berkomitmen untuk melibatkan semua pihak terkait. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha diharapkan dapat menciptakan sinergi yang kuat dalam menjaga dan merawat sistem subak.

Baca juga:  Ambil Paketan Sabu, Hambali dan Nana Dibui 13 Tahun

Dengan menguatkan peran subak sebagai sistem irigasi yang efisien dan berkelanjutan, Kabupaten Tabanan berharap dapat memastikan ketersediaan air yang memadai untuk pertanian serta menjaga ketahanan pangan daerah. Melalui langkah-langkah ini, Tabanan memperlihatkan komitmen yang kokoh dalam melestarikan warisan budaya dan menjaga keberlangsungan sektor pertanian, yang merupakan pilar penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Pertanian dan Sosial Budaya

Pakar pertanian yang juga Rektor Dwijendra University, Dr. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A., menegaskan, pesan Megawati dalam pelestarian subak di Bali sangat strategis didiskusikan di tengah makin berkurangnya jumlah subak di Bali. Bagi doktor bidang pertanian ini, irigasi pertanian di Bali hakikatnya tidak semata-mata berkenaan dengan pertanian tetapi juga menyangkut aspek sosial dan budaya serta aspek lainnya.

Subak sebagai pengelola irigasi tradisional di Bali telah membuktikan eksistensinya di dalam mengawal pertanian di lahan sawah, bahkan diakui dunia melalui UNESCO yang telah menganugrahkan subak sebagai warisan budaya dunia. Namun sejak beberapa dekade, subak-subak menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang berat, seperti ketersediaan air irigasi, teknologi budidaya, pascapanen terutama pemasaran serta alih fungsi lahan sawah dan alih fungsi profesi.

Kondisi ini harus segera ditangani dan kita selamatkan subak-subak sebagai salah satu pilar budaya Bali.

Strategi penyelematan dan pengembangan subak di antaranya adalah penguatan kapasitas subak dan petani, penyediaan sarana produksi dan peralatan atau mesin pertanian, fasilitasi pembentukan integrasi yang kuat antara pertanian dengan sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan, pemasaran, jasa tetnasuk pariwisata dan sektor lainnya.

Baca juga:  Pertama Kali Wakili Badung, Sanggar Seni Suda Wirad Desa Canggu Pentaskan Topeng Bondres

Penguatan kapasitas petani dan subak merupakan amanah Undang Undang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

Di tingkat pemerintah, aspek air irigasi agar dapat diintensifkan koordinasi pengelolaan irigasi baik di tingkat jaringan utama maupun tingkat usahatani atau subak. Pada kondisi ini, informasi mengenai ketersediaan air irigasi harian, mingguan dan bulanan menjadi sangat penting guna kepentingan pengolahan tanah, pola tanam, jadwal tanam dan pemeliharaan tanaman di lahan sawahnya. Selain itu, informasi tersebut bermanfaat untuk pengendalian daya rusaknya terhadap jaringan irigasinya. Pemerintah juga agar memiliki langkah antisipatif terkait dengan ancaman banjir, longsor dan sedimentasi baik di tingkat sungai (bendung), dan jaringan utama, sehingga ketersediaan air irigasi tidak menjadi persoalan bagi subak-subak.

Sementara itu, Dinas Pertanian dan jajarannya agar memberikan informasi mengenai jenis varietas yang cocok dan memberikan hasil atau produktivitas yang tinggi. Selain itu, penyuluh pertanian agar memberikan asistensi teknis kepada subak-subak berkenaan dengan teknologi budidaya tanaman yang baik atau good agricultural practices.

Bagi subak-subak sebagai pelaku utama dalam implementasi berbagai program pertanian dan irigasi agar menyiapkan diri di dalam penentuan pola tanam dan jadwal tanam dan juga penetapan jadwal pengolahan lahan sawah. Hal ini juga berkaitan dengan distribusi dan alokasi air irgasi.

Salah satu komponen yang penting dalam pengelolaan usahatani, khususnya usaha tani padi adalah ketersediaan sarana produksi di tingkat subak, sehingga tidak terjadi kelangkaan pada saat dibutuhkan.

Oleh karena itu, koordinasi antar sektor dengan subak sangat dibutuhkan di dalam mengantisipasi musim hujan dan kemarau. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *