Marjono. (BP/Istimewa)

Oleh Marjono

Tahun depan akan menjadi tahun politik besar-besaran di Indonesia. Pada tahun tersebut, pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan kepala daerah (pilkada) bakal digelar serentak.

Pemilu digelar pada 14 Februari 2024 untuk memilih presiden dan wakil presiden, lalu anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) RI, dewan perwakilan daerah
(DPD) RI, serta dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi dan kabupaten/kota. Sementara, Pilkada bakal digelar 27 November 2024.

Melalui gelaran pilkada, akan dipilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota di seluruh Indonesia. Ini akan menjadi pemilihan pertama yang terbesar di Indonesia. Sebab, sebelumnya, pemilu dan pilkada belum pernah dilaksanakan di tahun yang sama.

Seperti kita ketahui bersama, Pemilu dan Pilkada sebagai instrumen demokrasi serta upaya membangun perubahan kondisi bangsa yang lebih baik menjadi penting maknanya bagi bangsa Indonesia. Menjadi kewajiban bagi setiap warga negara dalam mengambil peran masing-masing untuk menyukseskan hajatan
demokrasi ini.

Semua pihak harus menjalankan perannya secata konsisten. KPU, Bawaslu, Parpol, TNI/Polri, aparat pemerintah beserta seluruh masyarakat, termasuk FKBN harus bergotong-royong, bahu membahu dan bekerjasama untuk mewujudkan Pemilu luber dan jurdil ini. Selain itu, harus pula disadari bahwa sukses pemilu tersebut tentu merupakan indikator yang jelas bagi sukses pelaksanaan kehidupan demokrasi di negeri ini.

Baca juga:  Polda Imbau Waspada Informasi Propaganda

Kualitas inilah yang akan menempatkan proses konsolidasi demokrasi Indonesia pada tingkat yang lebih tinggi. Suatu kondisi yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik.

Untuk mencapai sukses pemilu memang bukan hal yang mudah. Harus lebih proaktif dalam banyak hal khususnya berkaitan dengan setiap agenda pemilu. Memaksimalkan semua potensi yang ada secara optimal, cermat, dan efisien. Mulai dari sosialisasi dan persiapan pemilu yang baik.

Peningkatan akurasi data pemilih sampai pada
pemantauan dan pengawasannya. Melakukan upaya pencegahan pada pemilih fiktif atau ghost voters. Mendorong para pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. Serta, meningkatkan kapasitas pengawasan agar tidak terjadi praktik-praktik yang berpotensi menghambat penyelenggaraan pemilu / pilkada yang berkualitas.

Baca juga:  Tahun Politik, Jeli Bidik Peluang Pariwisata di 2019

Penggunaan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (Sara) dalam materi kampanye, black campaign, hate speech, hoax, money politik dan politik identitas harus menjadi musuh kita bersama. Mengkampanyekan
visi, program dan capaian keberhasilan dari masing-masing peserta pemilu harus kita kedepankan bersama. Untuk itulah sangat penting kita selenggarakan berbagai forum yang memberikan edukasi kepada masyarakat seperti ini.

Masyarakat sebagai salah satu pihak yang terlibat harus ikut andil dalam melakukan pengawasan baik pada saat pra pemilu, pelaksanaan pemilu, hingga pasca pemilu. Dengan adanya partisipasi seluruh stakeholder dan masyarakat dalam pengawasan tahapan penyelengga-
raan pemilu, maka kita harapkan akan dapat
menghasilkan pemilu yang berintegritas dan
demokratis baik dari prosesnya maupun hasilnya.

Menyukseskan pemilu adalah salah satu manifestasi dari bela negara. Menjadi kewajiban kita untuk terlibat aktif dan berkontribusi membangun iklim terselenggaranya pemilu damai.

Penting menghadirkan kondusifitas daerah, jangan mudah terpancing berbagai isu yang dapat memecah belah bangsa, mendorong masyarakat untuk terus rukun. Berbeda pilihan politik itu biasa, tapi jangan
memaksakan kehendak politik kita kepada
orang lain melalui cara-cara yang tidak direstui
undang-undang.

Baca juga:  Pendulum Kebudayaan Bali

Penulis tidak bisa membayangkan kala keluarga raya yang bernama Indonesia itu terbelah dan bertikai hanya gara-gara beda pilihan dalam memilih pemimpin. Mari kita terus berdoa seraya berharap Pemilu yang
akan datang mampu menghasilkan pemimpin-
pemimpin yang amanah, jujur, adil, berintegritas dan mampu membawa Indonesia semakin maju dan sejahtera.

Bersama-sama kita belajar berdemokrasi yang baik dengan menolak money politik, menangkal hoaks, politik identitas, jangan membenci, membuli dan mencaci karena berbeda pilihan politik. Menjadi fokus kita juga untuk terus dan selalu bersatu untuk Indonesia yang lebih baik, maju dan sejahtera.

Ayo gotong-royong dan bersinergi untuk masa depan kebhinekaan bangsa. Menyambut gempita pesta raya demokrasi 2024, kita diingatkan Kahlil Gibran dalam penggalan puisinya, “…Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya, dengan trompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian, hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan trompet
lagi…”

Penulis, Kasubag Materi Naskah Pimpinan
Pemprov Jateng

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *