Pasangan penari mementaskan perpaduan Tango dan filosopi Calonarang di Tango in Paradise. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Apa jadinya jika Tango, tarian asal Argentina dipadukan dengan Calonarang, pementasan asal Bali? Perpaduan dua budaya lain bangsa ini dipentaskan dengan apik pada Tango in Paradise (TIP) yang dilaksanakan pada Senin (26/6) di Hotel Padma, Legian.

Penyelenggara Indonesia Championship Preliminaries (ICP), Ratih Soe Kosasie menuturkan bukan pementasan Calonarang yang dipentaskan, melainkan makna filosofi dari Calonarang. Yakni, baik-buruk dan hitam-putih suatu fenomena. Makna filosofi itu yang dimasukkan dalam Tarian Tango yang ditampilkan.

Konsep tersebut dipilih menjadi salah satu pementasan unggulan untuk memberi makna ke setiap peserta bahwa dalam hidup ini harus ada keseimbangan. “Seperti pada tango, ada sedihnya, ada marahnya, ada percintaan, dll,” ujarnya.

Baca juga:  Tengahi Polemik Wisata Ceking, Pengelola dan Pemilik Lahan Dimediasi

Lewat perpaduan budaya ini diharapkan terjadi penguatan hubungan kedua negara, antara Indonesia dan Argentina. Sehingga hubungan diplomatik dapat terjalin erat.

Diakui dalam mempersiapkan pementasan tersebut, ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi, namun dengan keahlian para penari tango kelas dunia, semuanya dapat dilewati. “Kita berikan tema dan gambaran musik kepada penarinya. Ada penari tango yang menari dengan lagu Bali, atau penari tango yang menari Bali dengan lagu tango. Pementasan ini melibatkan 5 couple (pasangan) penari tango, penari lokal /guest dancer ada 7 couple. Jadi ada group, solo performance,” bebernya.

Baca juga:  Dukung Pemerintah Tangani Wabah Babi Mati Mendadak, Jangan Buang Bangkai Babi Sembarangan

Latihan mulai dilakukan 3-4 bulan lalu oleh masing-masing penari secara online mengingat mereka berada di luar negeri. Latihan secara bersama baru dilakukan 3-4 hari sebelum pementasan. Dua scene dipentaskan masing-masing 30 menit.

Diakui, untuk memberikan gambaran tentang tari Bali ke penari tango mancanegara agak kesulitan. Namun ia mengaku memperoleh hikmah karena bisa memperkenalkan kebudayaan Bali, berupa seni tarinya.

“Selain kita mengabsorb (menyerap, red) tarian tango yang berasal dari Argentina, kita juga mempromosikan budaya kita sendiri terhadap khalayak ramai. Karena kebetulan, penontonnya dari San Francisco, Filipina, India, New Zealand, Australia, dll. Jadi kita ikut mempromosikan budaya kita,” ujarnya.

Baca juga:  Pengungsi di GOR Swecapura Bertambah Puluhan Orang

Maestro Tari Tanggo sekaligus koreografer pementasan Calonarang, Alejandro Palo mengaku sangat bersemangat dengan pementasan yang memadukan dua budaya, Argentina dan Bali. Meskipun dirinya seorang maestro tango, pementasan ini menjadi tantangan besar baginya untuk menampilkan yang terbaik.

Barong dan Rangda yang merepresentasikan perbedaan energi dan Tari Tango yang memiliki energi yang berbeda, seperti yin dan yang, berupaya dikolaborasikan sehingga mampu ditampilkan dengan apik oleh penari dari berbagai negara. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *