Ribuan Umat Muslim menunaikan ibadah Sholat Iduladha, di Lapangan Renon, Rabu (28/6). (BP/nel)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ribuan umat Muslim terdiri atas jamaah pria dan wanita, menunaikan ibadah sholat Iduladha 1444 Hijriyah di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar, pada Rabu (28/6). Akan tetapi, sebagian lagi kaum Muslimin baru melaksanakan sholat pada Kamis (29/6).

Sholat di Lapangan Renon menghadirkan imam Mahyudin Hasan, dan khatib Dr. Masruhan, M.Si. Dalam khotbahnya, Masruhan mengambil tema ‘Meneladani kesalehan Nabi Ibrahim dalam kontinuitas spirit peradaban’.

Baca juga:  Korban Jiwa Nihil, Kasus COVID-19 Bali Bertambah Puluhan

Seraya menekankan saat ini jutaan umat Islam berkonsentrasi menunaikan manasik haji, di Tanah Suci Mekkah. “Mereka berdatangan dari pelosok dunia, dan berbagai suku bangsa, dan latar belakang berbeda, menyatu dalam kepasrahan kepada Allah, serta di bungkus kokoh dalam ketauhidan,” papar Masruhan.

Menurut dia, umat Islam kembali mengagungkan Nabi Ibrahim, bersama keluarganya yakni putranya Ismail dan Ibunda Hajar. Manusia agung ini, memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa, dan hanya kepada-Nya berserah diri.

Baca juga:  Anggota Naik Pangkat, Kapolresta Undang UMKM

Penggalan kisah penyembelihan Ismail oleh Ibrahim, memberikan pelajaran, bahwa parameter kesalehan yakni totalitas pengabdian. “Yang Maha Kuasa tidak akan membiarkan setiap totalitas penyerahan diri, dan pengorbanan Ibrahim diganti oleh-Nya dengan penyembelihan yang sempurna,” cetus Masruhan.

Di zaman canggih dan modern ini, memiliki ciri-ciri merupakan patahan zaman yang disemangati moralitas yang paradoksi. Kesejatian kemuliaan berhadapan dengan kemaksiatan yang sengaja dibungkus dalam wajah-wajah moralitas universal. Dicontohkan, putra-putri kita diajari menikah dengan lawan jenisnya, demi memiliki keturunan.

Baca juga:  Belasan Desa/Kelurahan di Denpasar Sudah Nihil Kasus Aktif COVID-19

Namun, di sisi lain kezaliman juga mendorong hubungan sesama jenis melalui program dan kampanye LGBT. Panji-panji ‘pelangi’ yang dikenal sebagai simbol penyuka kaum sejenis ini, telah menyebar ke berbagai negara di dunia. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *