Suasana Widyatula (Sarasehan) "Undagi Yoga Jaladi" yang digelar Selasa (4/7) bertempat di Gedung Citta Kelangen Lt. II ISI Denpasar. (BP/wulan)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bahari atau laut menjadi salah satu sumber penciptaan dalam arsitektur Bali. Untuk itu, dalam membangun, seorang arsitek perlu memperhatikan ajaran-ajaran di masa lalu sehingga menghasilkan karya yang berkesinambungan. Hal ini terungkap pada Widyatula (Sarasehan) “Undagi Yoga Jaladi” yang digelar Selasa (4/7) bertempat di Gedung Citta Kelangen Lt. II ISI Denpasar.

Dalam sarasehan kali ini, hadir 3 narasumber yaitu Putu Rumawan Salain, Anak Agung Rai Remawa, dan Ida Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Demayun. Ketiga narasumber dimoderatori Wayan Kastawan yang merupakan Dosen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

Baca juga:  Menurun, Pertumbuhan IMK di Triwulan IV 2017

Dijelaskan Kastawan, masyarakat Bali dalam membangun harus memahami tentang aturan terkait yang dilandasi falsafah Hindu. Di mana boleh membangun dan di mana tidak.

Melalui sarasehan ini, diharapkan ajaran-ajaran Bali pada masa lalu bisa digunakan di masa ini dan masa depan. Terkait dengan tema besar pelaksanaan PKB yaitu “Segara Kerthi,” sarasehan membahas tentang cara arsitek membangun di segara atau laut.

Kastawan pun berharap masyarakat bisa mendapatkan pemahaman dalam membangun. “Bagaimana kita menghubungkan masa lalu (atita), masa kini (wartamana), dan masa depan (anagata). Sehingga ada benang merah. Tidak ada sesuatu dari setiap masa itu tanpa masa yang lain. Sehingga ada kesinambungan begitu juga tutur, yang baik dari masa lalu, nilai-nilai kita pergunakan saat ini dan untuk kehidupan masa depan,” jelasnya. (Wulan/Adi/balipost)

Baca juga:  Buka Pariwisata Bali, Wisatawan Diarahkan ke Zona Hijau hingga Travel Bubble 4 Negara Ini
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *