widyatula (sarasehan) bertajuk tema "Segara Mandala Natya" (Bahari Sebagai Sumber Penciptaan Tari), Sabtu (8/7) di Gedung Citta Kelangen Lt. II, ISI Denpasar. (BP/apsari)

DENPASAR, BALIPOST.com – Laut dalam pengenalan krama Bali biasa digunakan sebagai pelebur dan penyucian. Selain itu laut memberikan energi positif dalam penciptaan tari yang memberikan unsur lebih indah pada koreografinya. Demikian disampaikan Prof. Dr. I Wayan Dana M.Hum yang merupakan salah satu narasumber dalam widyatula (sarasehan) bertajuk  tema “Segara Mandala Natya” (Bahari Sebagai Sumber Penciptaan Tari), Sabtu (8/7) di Gedung Citta Kelangen Lt. II, ISI Denpasar.b

Dana dalam sarasehan tersebut membawakan materi air menjadi sarana penciptaan gerakan tari. Ia juga memaparkan teori 3N yaitu niteni atau nonton (memperhatikan), nirokke (meniru) dan nambahi atau nemokke (penemuan baru).

Baca juga:  Desa Adat Tembuku Kaja Kenakan Sanksi Warga Buang Sampah di Sungai

Dalam penjelasannya Dana mengatakan jika dalam perkembangan seni tari saat ini, peminat tari laki-laki berkurang dibandingkan dulu. Untuk menumbuhkan minat tari pada laki-laki diperlukan adanya dukungan dari 3 lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat.

Ia menilai dalam penciptaan konsep tari yang menggunakan unsur air, tidak ada kendala. “Ini tergantung kepada koreografer dan kreator. Jika koreografer itu tertarik pada alam segara maka tidak ada kendala yang memang harus menutupi atau menantang. Dan juga masyarakat Bali sudah sering melakukan hormat kepada segara, seperti menari di lingkungan laut sebagai media introspeksi diri atau meditasi,” jelasnya. (Apsari/Sinta/Wulan/balipost)

Baca juga:  Rekontruksi Gamelan Tua Bawakan Gending Klasik
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *