DENPASAR, BALIPOST.com – Puluhan anak-anak mementaskan bebarongan dalam pertunjukan yang digelar di Kalangan Angsoka, Art Center, Denpasar pada Kamis (13/7). Pergelaran seni ini dihadirkan Sanggar Barong Cilik Kumara Mas, Banjar Sengguan, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Ketua Sanggar Barong Cilik Kumara Mas, I Wayan Mariasa mengatakan jika ini bukan pangelaran pertama mereka di PKB. “Tahun 2003 pernah pentas di panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar dengan judul Kunci Sraya. Lalu tahun 2004 pentas juga di sini membawakan pencalonaragan yang berjudul Patih Sudarsana,” ungkapnya.
Mariasa menjelaskan jika pada pementasan kali ini Sanggar Barong Cilik Kumara Mas membawakan pementasan penyalonarangan Patih Sudarsana. Pada pementasan ini melibatkan 65 anak-anak TK sampai SMP yang rata-rata berasal dari Singapadu.
Mariasa mengatakan jika ini adalah pementasan generasi ke 4 Sanggar Barong Cilik Kumara Mas. “Ini adalah pementasan generasi ke-4, jadi setiap 6 tahun kita membentuk generasi barong anak-anak supaya anak-anak bisa melestarikan seni bebarongan yang ada di Singapadu,” ujar penanggung jawab pementasan itu.
Mariasa menjelaskan jika pementasan ini bercerita tentang kisah seorang Patih Sudarsana yang merupakan orang kepercayaan Prabu Midarsa untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Sang patih ini selalu awas dan waspada dalam melindungi Raja Midarsan yang sedang sakit keras dari serangan ilmu hitam.
Namun saat proses berjaga ada utusan dari Permaisuri Raja Midarsa yang sudah diusir datang untuk membawa makanan. Tetapi hal tersebut ditentang oleh Sang Patih.
Lalu terjadilah pertengkaran dan makanan yang dibawa tersebut jatuh dan dimakan oleh anjing penjaga istana. Merasa rahasianya terbongkar, sang utusan permaisuri langsung kabur dan dikejar oleh utusan sang patih.
Dalam pementasan penyalonarangan ini, isinya sama seperti calonarang dewasa. “Dalam penampilan penyalonarangan ini isinya sama seperti calonarang dewasa. Mulai dari bondres, sisya, celuluk, barong, pengurek dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Dalam melatih anak-anak, Miarsa mengaku selalu ada suka dukanya. Harus sabar dalam menghadapi anak-anak. “Suka dukanya memang ada, apalagi di saat latihan, anak-anak itu keseringan bercanda jadi kadang-kadang jengkel. Jadi ya dalam menghadapi anak-anak kita harus sabar,” ujarnya.
Miarsa berharap dengan adanya pementasan ini, anak-anak bisa melestarikan budaya bebarangon sampai dewasa. “Saya berharap untuk anak-anak ini supaya lebih serius lagi dalam penampilannya ini. Karena mereka yang akan membawakan ini semua sampai dewasa. Dan tentunya besar harapan saya agar generasi penerus inilah yang melestarikan seni bebarongan yang ada di Singapadu khususnya,” ujarnya.
(Apsari/balipost)