MANGUPURA, BALIPOST.com – Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) kini sudah memasuki tahap presentasi dan wawancara Finalis Top Inovasi Pelayanan Publik. Sebagai bentuk prestasinya yang diraih selama ini, Dinas Pertanian dan Pangam serta Dinas Pariwisata Kabupaten Badung mengikuti tahap presentasi dan wawancara Kompetisi inovasi terhadap pelayanan publik Tahun 2022, yang dilakukan secara daring, bertempat di Ruang Rapat Sekda Badung, Puspem Badung, Kamis (13/6).
Acara yang diselenggarakan oleh Menpan RB dengan tema “Berakhlak, Berorientasi Pelayanan Akuntabel Kompeten Harmonis Loyal Adaptif Koloboratif” ini dihadiri Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Badung I Wayan Wijana, Kepala Dinas Pariwisata I Nyoman Rudiarta, Kepala Bagian Organisasi Setda Badung I Wayan Putra Yadnya. Turut hadir secara daring Tim Panel Indonesia Eko Prasojo, beserta Tim Panel Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2023.
Di hadapan Tim Panel Indonesia, Kepala Dinas Pertanian I Wayan Wijana, dalam presentasi menjelaskan, pengembangan potensi pertanian di Badung Utara, dengan mengambil tema “Asparagus Ditanam Ekonomi Mapan”. Adapun deskripsi awal dari inovasi, terhadap kesenjangan ekonomi Badung Selatan dengan Badung Utara menjadi isu pembangunan. Pihaknya juga memaparkan/Dipresentasikan sebagai kesenjangan sektor pariwisata dengan pertanian.
Potensi pertanian di Badung Utara belum digarap optimal, Melalui Program One Village One Product (Ovop) dikembangkannya Asparagus sebagai komoditas baru yang unggul. Mendukung Misi delapan yakni memperkuat sinergitas pariwisata dengan pertanian. Pembaruan/ peningkatan inovasi. Ada empat strategi dalam inisiatif yaitu produk lokal berdimensi global. Menumbuhkan kemandirian dan kreativitas. Pengembangan SDM.
Menumbuhkan ikon unggul. Perubahan dalam pemberian layanan publik seperti perubahan dalam inovasi teknis. Manajemen pemasaran. Komitmen keberlanjutan dari Pemerintah Kabupaten Badung.
Aspek pembinaan dan pendampingan. Peningkatan pendapatan, perubahan budaya petani. “Adapun dampak positif yang didapat antara lain mampu menjadi titik ungkit ekonomi pedesaan, mampu mengurangi urbanisasi, mampu menumbuhkan sinergitas pertanian ke pariwisata, mampu memunculkan ikon Badung Utara. Menjadi inspirasi berkembangnya beberapa event di Badung Utara, memberi dampak terhadap pemasaran sayuran konvensional lainnya di Desa Pelaga,” jelasnya.
Dampak yang didapat melalui Sistem Pemantauan dan Evaluasi dari pemantauan dan evaluasi regular, rapat anggota tahunan oleh Koperasi Mertanadi, pengawasan oleh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan media massa. Output yang dihasilkan didapatkannya komoditas sayuran unggul, berkembangnya areal Asparagus, meningkatkan pendapatan masyarakat/petani, terbukanya peluang kerja, tertariknya generasi muda menekuni Asparagus. “Adapun Luas areal yakni 0,5 Ha (Before), 17,79 Ha (After). Pendapatan Rp. 16.500.000 (Before), Rp. 86.346.400 (After) dengan Jumlah tenaga kerja sebanyak 501 orang,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, dengan dilaksanakannya adaptabilitas pembangunan Asparagus tidak berbeda jauh dengan komoditas pertanian lainnya, sepanjang iklim dan lahan yang tersedia cocok dengan kriteria yang dibutuhkan untuk pengembangan asparagus, maka inovasi ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan di daerah lainnya. Ada empat strategi yang ditetapkan dalam pengembangan asparagus di Badung Utara yakni lokal tetapi global, dimana dijadikan sayuran asparagus produk khas Desa Pelaga. Kemandirian dan kreativitas (Self Reliance Creativity). Pengembangan SDM (Human Resources Development). Menumbuhkan ikon unggulan (Number One or Only One).
“Upaya replikasi program saat ini, dikelompokan menjadi dua model, yakni replikasi internet yang dikembangkan di Desa lainya di wilayah Badung Utara. Replikasi eksternal, terutama oleh daerah-daerah yang berminat seperti petani nepal, kelompok tani dari kalimantan, maupun wilayah lainya. Dari strategi penguatan berkelanjutan, disediakanya anggaran melalui APBD Kabupaten Badung. melakukan pembinaan, pendampingan oleh PPL pemantauan maupun evaluasi. Melaksanakan promosi melalui berbagai event seperti adanya event Badung Promo Tani, temu usaha, Badung Go Tani. Menerima supervisi dan pembinaan dari Kementerian, Lembaga, maupun OPD terkait. Membantu sarana dan prasarana serta pelatihan bagi petani asparagus,” jelasnya.
Selanjutnya Kepala Dinas Pariwisata I Nyoman Rudiarta, juga memaparkan presentasinya mengenai keamanan, kenyamanan dan kemudahan akses layanan Sistem Informasi Pariwisata (SITA) berbasis digital dari Dinas Pariwisata Badung. Dijelaskan, lima bidang prioritas pembangunan Kabupaten Badung yakni pangan sandang dan papan, Kesehatan dan pendidikan, Bidang sosial dan ketenagakerjaan, Adat, agama tradisi, seni dan budaya, Pariwisata.
Adapun tujuan inovasi antara lain menyajikan informasi destinasi wisata maupun Desa Wisata, menyajikan informasi industri dan akomodasi pariwisata, Geographic Information System (GIS) yang terintegrasi dengan database Kominfo. Kebaruan/nilai tambah yang dirasakan masyarakat dan wisatawan dengan mudah dapat mengetahui informasi ter-up data, terpercaya, efektif, dan efisien berbasis online mengenai daya tarik wisata, desa wisata, industri pariwisata, berita maupun kegiatan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Badung. Juga memberikan peluang bagi pengelola untuk memasarkan produk secara digital, dengan jangkauan pasar yang lebih luas melalui platform resmi Pemerintah Kabupaten Badung.
Berkenaan dengan program SITA terdapat menu promosi/pemasaran, terpisah/masing, pasar terbatas, Less Reliable, Biaya/berbayar, Waktu pencarian lebih lama. Sesudah adanya platform resmi pemerintah, pasar lebih luas, reliable, free/tanpa biaya, lebih efisien dan efektif. “Keunggulan Sistem SITA ini, dapat di update setiap saat oleh industri dengan verifikasi dan validasi dari Dinas Pariwisata untuk menjaga keabsahan data. Dapat diakses dimana dan kapan saja, dengan mudah dan informasi terpercaya. Sumber daya dari APBD, mulai dari verifikator (instansi/Dinas), pengelola destinasi, pengelola industri, GIS, maupun SITA. Untuk strategi keberlanjutan melalui website SITA, adanya pengaturan penambahan fitur, upgrade versi mobile, terintegrasi dengan Dinas Kominfo sehingga Badung satu data dengan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE),” jelasnya. (Adv/balipost)