DENPASAR, BALIPOST.com – Sanggar Seni Selendro Agung, Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Duta Kabupaten Badung, tampil maksimal pada Rekasadana (Pergelaran) Gong Suling Kreasi, di Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV. Bertempat di gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Art Center Bali, Jumat 14 Juli 2023, penampilan Sanggar Seni Selendo Agung, membawakan garapan kolaborasi dengan wayang inovatif, dengan mengambil cerita berjudul “Maraga Segara”.
Terkait pementasan ini, Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Badung, I Gede Eka Sudarwitha, sangat mengapresiasi apa yang telah ditampilkan sanggar Selendro Agung pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XlV. Hal itu kata dia, karena pada pementasan ini, menampilkan karya inovatif baru. “Saya sangat mengapresiasi, ternyata seni tradisi Bali dalam hal ini Gong Suling, dapat dikolaborasikan dengan berbagai jenis kesenian, seperti yang dibawakan ini, yakni kolaboratif dengan wayang kulit. Di sana ada suatu unsur penggalian dari komposer,” kata Eka.
Untuk karya kolaborasi ini, ia berharap kedepan agar bisa terus dikembangkan dan diberikan sentuhan yang lebih atraktif. Seperti misalnya menampilkan dialog-dialog kekinian yang lebih lucu dan menghibur. “Saya kira sangat bagus dan semoga sanggar Selendo Agung dalam penampilan gong suling inovatif ini, bisa semakin maju kedepannya,” harapnya.
Sementara itu, menurut ketua sanggar seni Selendro Agung, I wayan Mulyadi, S.Sn., terkait karya yang dibawakan, ads tiga. Yang mana kata dia, dalam pementasan ini, ada dua karya seni karawitan, 1 karya seni pedalangan, dan 1 karya seni tari. “Teman-teman yang diajak dalam sanggar Selendro Agun ini, adalah teman yang kreatif yang karyanya sangat menginspirasi dan menyesuaikan dengan tema besar PKB,” ucapnya didampingi dalang selaku Penata Pewayangan, Gusti Darma Putra atau Gung Adi.
Untuk pementasan wayang yang dibawakan, Gung Adi menambahkan, Wayang Betel yang ditampilkan, merupakan wayang inovatif. Wayang ini terinspirasi dari keberadaan wayang lemah, yang keberadaanya saat ini sangat kurang diminati.
“Kami mencoba memformulasikan, mengambil konsep wayang lemah dengan memberikan unsur-unsur dan penekanan terhadap wayang itu sendiri, dan penambahan pada akting dari sang dalang dan sebagiannya. Lakon yang dibawakan berjudul ‘Maraga Segara’ yang memiliki makna, terinspirasi dari perjalanan spiritual sang Bima atau dikenal dengan perjalanan bima menuju tirta amerta atau cerita Dewa Ruci. Tema ini juga sejalan dengan tema besar PKB 2023,” bebernya. (Adv/balipost)