DENPASAR, BALIPOST.com – Persentase penduduk miskin di Provinsi Bali pada Maret 2023 mencapai 4,25 persen. Jumlah ini turun 0,28 persen terhadap September 2022 dan turun 0,32 persen terhadap Maret 2022.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Endang Retno, Senin (17/7) mengatakan jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali pada Maret 2023 sebanyak 193,78 ribu orang, turun 11,58 ribu orang terhadap September 2022 dan turun 11,90 ribu orang terhadap Maret 2022. Ia mengutarakan persentase penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2023 sebesar 3,77 persen, turun 0,35 persen poin dibandingkan kondisi September 2022 yang tercatat sebesar 4,12 persen.
Sementara itu, persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2023 sebesar 5,50 persen, turun 0,08 persen poin dibandingkan kondisi September 2022 yang tercatat sebesar 5,58 persen.
Dibanding September 2022, jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2023 turun sebanyak 10,00 ribu orang, dari 133,82 ribu orang pada September 2022 menjadi 123,82 ribu orang pada Maret 2023.
Pada periode yang sama jumlah penduduk miskin di perdesaan turun sebanyak 1,59 ribu orang, dari 71,55 ribu orang pada September 2022 menjadi 69,96 ribu orang pada Maret 2023.
Endang menjelaskan, dalam pengukuran angka kemiskinan makro, Garis Kemiskinan digunakan sebagai besaran/batas untuk mengelompokkan penduduk yang dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk dengan pengeluaran per kapita di bawah (atau lebih rendah) dari besaran yang disebut sebagai Garis Kemiskinan.
Garis Kemiskinan di Provinsi Bali pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp529.643 per kapita per bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 365.437 (69,00 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp164.206 (31,00 persen). Pada Maret 2023, secara rata-rata rumah tangga miskin di Provinsi Bali memiliki 4,11 orang anggota rumah tangga.
Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata tercatat sebesar Rp2.176.833 per rumah tangga miskin per bulan.
Komoditas makanan yang berpengaruh dalam pembentukan Garis Kemiskinan di perdesaan pada periode yang sama adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, kue basah, bawang merah, cabe rawit, roti, tongkol/tuna/cakalang, dan kopi bubuk & kopi instan (sachet).
Pada komoditas bukan makanan, lima komoditas yang berpengaruh pada pembentukan Garis Kemiskinan di perkotaan pada Maret 2023 yaitu perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik, dan pendidikan. Sementara itu, lima komoditas bukan makanan yang berpengaruh dalam pembentukan Garis Kemiskinan di perdesaan pada periode yang sama yaitu perumahan, bensin, upacara agama atau adat lainnya, listrik, dan perlengkapan mandi.
Secara umum, pada periode Maret 2016-Maret 2023, tingkat kemiskinan di Provinsi Bali mengalami fluktuasi, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Tercatat dari Maret 2016 ke September 2016 mengalami penurunan dan dari September 2016 ke Maret 2017 mengalami kenaikan.
Tren penurunan kembali terjadi mulai Maret 2017 hingga September 2019, sedangkan dari September 2019 hingga September 2021 mengalami kenaikan. Mulai September 2021 ke Maret 2023 kembali mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentase penduduk miskin. (Citta Maya/balipost)