DENPASAR, BALIPOST.com – Kebijakan Gubernur Bali, Wayan Koster, terkait pungutan USD 10 untuk wisatawan yang berwisata ke Bali patut didukung semua pihak. Pasalnya kebijakan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi Pemda tapi juga bagi masyarakat Bali agar pariwisata budaya Bali tetap sustainable.
Demikian disampaikan Pengamat Pariwisata Panudiana Kuhn, Senin (17/7). Sumbangan USD 10 atau setara Rp150.000 baginya kecil untuk ukuran wisatawan. Menurutnya, wisatawan akan mau menyumbangkan dananya jika tujuan penggunaannya jelas yaitu merawat budaya Bali.
Menurutnya wisatawan sangat aware terhadap upaya–upaya menjaga alam dan lingkungan yang berarti juga menjaga budaya Bali. Maka dari itu, Pemda dalam hal ini Pemerintah Provinsi Bali mesti mengelola dana tersebut secara transparan dan akuntabel untuk meningkatkan kepercayaan donatur dalam hal ini wisatawan.
Penggunaan uang penting diawasi karena uang kecil ini sifatnya gotong- royong untuk pariwisata Bali sendiri. Sebelum berangkat, wisatawan juga diumumkan lewat konjen, konsulat, kedutaan, bahwa di tempat tujuan sampai di Bali akan dikenakan VoA, kontribusi budaya dan aturan do’s and dont’s.
“Kalau turis tertarik, dia akan menyumbang. Kita dukung saja karena di Bali memang kekurangan duit. Karena memang pajak PHR yang 10% itu pembagiannya kurang rata. Misalnya, Badung yang paling banyak mendapatkan PHR, seharusnya dibagi ke seluruh kabupaten seperti Karangasem, Bangli, Jembrana, Buleleng, karena yang banyak Badung Gianyar, Denpasar,” ungkapnya.
Meski demikian ia mengingatkan agar selalu memperhatikan negara kompetitor yang juga menawarkan pemandangan yang indah, murah seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, India.
Selain bertujuan memeratakan pembangunan, lewat kontribusi USD 10 itu, manajemen satu komando dapat terwujud. “Itu uang kecil, pengelolaannya, lumayan gede. Cuma perlu diperhatikan tamu nyaman enggak,” ujarnya.
Kontribusi wisatawan tersebut juga sangat penting, karena budaya Bali tentunya dapat terawat. Seperti untuk pembinaan tari, puri, tempat bersejarah di Bali, pembinaan kesenian, dll. Semua hal tersebut membutuhkan uang, termasuk desa adat. “Entah nanti itu masuk ke kas Disbud atau kas negara lewat BPD Bali dulu, atau bagaimana,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Bali, Bidang Pariwisata dan Investasi Agus Maha Usadha, Rabu (19/7) mengatakan, kontribusi USD 10 tepat diberlakukan saat ini karena peruntukannya akan sangat membantu masyarakat Bali yang memang harus menjaga budaya dan lingkungan dengan lebih baik ke depan. Sehingga dengan anggaran yang nantinya masuk, akan membuat culture dan environment Bali lebih sustainanle.
Namun, yang sangat perlu dikawal adalah pembayaran kontribusi yang harus dilakukan dengan mekanisme digitalisasi. Mekanisme ini perlu bekerjasama dengan perbankan untuk transparansi pungutan. Selain itu perlu juga dibuatkan SOP yang jelas tentang mekanisme perencanaan, review serta eksekusi dari program-program budaya serta lingkungan tersebut nantinya. Termasuk eksekutor dan perencanaan yang matang dan detail. “Sehingga tidak ada irisan dengan anggaran pemerintah daerah, provinsi dan pusat yang memang sudah jelas juga pos-posnya,” imbuhnya.
Ia berharap, dengan kontribusi ini manfaat dan progres menuju Bali yang sustain lebih ringan dijalankan masyarakat Bali. Mengingat di dalamnya ada hal yang terpenting dari kebijakan yaitu untuk peningkatan pemberdayaan SDM Bali, karena SDM Balilah yang harus menjalankan dan menjaga budaya dan alam Bali itu nantinya.
Selain itu harus juga dipastikan kebijakan ini terpisah total dan bukan untuk peruntukan operasional apalagi infrastruktur. “Dari sisi regulasi harus jelas bagaimana aturan ini nantinya dengan entrance gate di provinsi lain dan aturan antarprovinsi selanjutnya sehingga mekanismenya memungkinkan berjalan dengan baik yang didasari tujuan baik,” imbuhnya.
Dukungan juga datang dari konsulat negara sahabat. Public Affair Officer US Consulate General Surabaya, Joshua Shen di Sanur mengungkapkan AS sangat mendukung program USD 10 tersebut jika mengunjungi Bali. Hal yang sama dilakukan di negara lain, asalkan dana itu benar-benar diterima dan dimanfaatkan untuk Bali.
Joshua Shen yang berada di bali serangkaian kapal induk AS bersandar di Bali sangat setuju jika dana ini dipakai untuk menjaga budaya Bali dan alam Bali. Khusus untuk energi hijau, AS bersama dengan Jepang ikut membantu Indonesia dalam bentuk bantuan dana agar terciptanya pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan. (kmb/balipost)