Nebug lesung mewarnai Festival Jatiluwih. (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Setelah menghadapi masa-masa sulit akibat pandemi COVID-19, Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih akhirnya memasuki fase pemulihan. Sebagai upaya mengangkat semangat masyarakat dan mempromosikan potensi pertanian setempat, DTW Jatiluwih kembali menggelar festival dilaksanakan dua hari, yakni Sabtu (22/7) dan Minggu (23/7).

Plt Manajer DTW Jatiluwih I Gede Made Alit Toyowinangin mengatakan, Jatiluwih Festival kali ini bertema ‘Sri Sedana Kerthi’ bermakna memuliakan Dewi Sri dan Dewa Sedana dengan pengabdian tulus iklhas untuk kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia. Lanjut kata Alit, festival ini sempat mengalami penundaan dari rencana awal pada Juni lalu, namun saat itu sejumlah kegiatan yang telah direncanakan tetap berlangsung dengan konsep pra event.

Baca juga:  Cegah Joged Porno Melalui "Pararem" Desa Pekraman

Sedangkan konsep kegiatan festival di Juli ini hampir sama. Bedanya, hanya terletak pada atraksi budaya yang sekaligus jadi unggulan dalam kegiatan festival Jatiluwih, dimana menonjolkan kegiatan petani di sawah setelah musim panen dalam bentuk metekap.

“Jika pada pra event Juni lalu kami tawarkan tradisi budaya memanen padi (harvest) karena bertepatan puncak musim panen. Sedangkan kini kami tonjolkan adalah tradisi metekap pada pengunjung festival Jatiluwih,” tuturnya.

Baca juga:  Bali-Tiongkok Kolaborasi, Rayakan Kerjasama Hubungan Kemitraan Strategis

Selain itu juga ditampilkan nebug lesung serta tari Rejang Kesari atau sebuah tarian usai panen. Terkait festival, Bupati Tabanan Dr Komang Gede Sanjaya mengatakan, ajang ini bukan saja untuk promosi melainkan juga penggerak ekonomi.

Eksistensi Jatiluwih tetap dijaga dan sesuai dengan kearifan lokal yang dimiliki. Tabanan tetap bertahan sebagai lumbung pangan dan berasnya Bali, dan pariwisata sebagai bonus.

Satu lagi khusus di DTW Jatiluwih kendala yang masih menjadi hal krusial adalah infrasruktur di bidang parkir. Ini yang masih menjadi kajian pemerintah daerah dalam menentukan pola atau skema, antara desa adat, perbekel dan pengempon beberapa pura di dekat areal obyek wisata akan duduk bersama mencari solusi sehingga apa yang menjadi keinginan masyarakat setempat dan pengelola DTW Jatiluwih akan tercapai.

Baca juga:  Indonesia Siap Tebar Pesona di Eropa Melalui Europalia Arts Festival 2017

Pemerintah akan turun tangan menyelesaikan beberapa persoalan yang ada di Jatiluwih. “Saya sudah punya skema, tapi sabar dulu, ya masih dimatangkan lagi, intinya nanti ada sentralisasi, jadi wisatawan datang ke sana dan dijemput mobil buggy,” ucapnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *