Suasana di DTW Jatiluwih. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Sejak menjadi Warisan Budaya Dunia (WBD), pesona Jatiluwih semakin menarik minat wisatawan. Namun, lonjakan kunjungan ini menyebabkan masalah parkir yang serius karena ketersediaan lahan parkir yang terbatas.

Kendaraan wisatawan terpaksa diparkir di sisi jalan, dan kerap menyebabkan kemacetan yang mengganggu. Bupati Tabanan Dr Komang Gede Sanjaya mengatakan, infrastruktur khususnya parkir diakui masih menjadi persoalan untuk lebih mempromosikan DTW Jatiluwih yang kental dengan seni budaya pertaniannya.

Dari hasil riset yang dilakukan, sebuah obyek wisata misalnya saja DTW Tanah Lot bisa mendatangkan belasan ribu wisatawan lantaran didukung areal parkir yang jumlahnya sampai puluhan hektare. “Idealnya perbandingan satu obyek wisata, parkir sepuluh, sementara di Jatiluwih terbalik, obyeknya sepuluh atau luas, sedangkan parkir hanya satu. Jadi mereka yang hendak menikmati panorama indahnya alam pertanian Jatiluwih kerap terkendala kesulitan parkir, yang selanjutnya dari mulut ke mulut sehingga kurang dikunjungi,” ucapnya, Sabtu (22/7).

Baca juga:  Presiden Jokowi Bertemu PM Singapura, Ini Bahasannya

Seandainya parkir di Jatiluwih seperti Tanah Lot dan Ulundanu Beratan diyakini tanpa promosi pun akan menyamai kunjungan di keduanya. Apalagi Tabanan seperti disampaikan PHRI termasuk ASITA, memiliki ragam panorama yang cukup indah dan layak dikunjungi untuk kelas dunia.

Untuk itu pemerintah daerah akan memikirkan infrastruktur dan parkirnya. “Jalan sudah bagus, saat ini tinggal pikirkan infrastruktur, pola atau skema disini sudah saya lihat, nanti ketika rampung baik antara desa adat, pengempon sejumlah pura di sini dan perbekel akan duduk bersama pemerintah memikirkan persoalan parkir ini,” ucapnya.

Baca juga:  Dari Bali Masih Tambah Seribuan Warga Terjangkit hingga 3 Zona Merah dengan Kesembuhan Terbanyak

Meski masih sebatas pola atau skema, ditegaskan Bupati Sanjaya untuk parkir nantinya tidak akan sampai mengurangi lahan sawah yang ada. Melainkan akan ada sentralisasi yang lokasinya tidak di kawasan Jatiluwih.

Wisatawan yang datang akan diarahkan ke lokasi tersebut dan dijemput oleh buggy. Sementara itu upaya menjaga kelestarian Jatiluwih, dari sisi regulasi sudah ditetapkan sebagai Lahan Sawah Dilindungi (LSD) oleh kementerian ATR termasuk juga sudah dibuatkan Perda. Termasuk telah memberikan intensif sudah menjadi kajian meringankan pembayaran pajak dengan subsidi untuk PBB.

Baca juga:  Lalin Macet Total, Badung Bakal Tata Kawasan Wisata Tibubeneng-Canggu

Hal senada juga disampaikan Plt Manager DTW Jatiluwih, Gede Made Alit Toyowinangin. Selama ini untuk parkir pihaknya terus berkoordinasi dengan pemilik restoran yang ada di seputaran obyek untuk ikut mensupport dan bekerjasama menyediakan parkir. “Jadi oleh pemerintah daerah itu masih dilakukan kajian, rencana kedepan akan memanfaatkan shuttle atau buggy,” katanya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *