DENPASAR, BALIPOST.com – Bali kehilangan salah satu seniman drama gong lawas asal Banjar Galiran, Desa Subagan, Karangasem, yakni Ni Putu Sulastri (64). Almarhum meninggal dalam perawatan di RSUD Sanjiwani, Gianyar, Sabtu (5/8), pada pukul 04.30 WITA.
Putu Sulastri yang dikenal sebagai seniman multi peran (peran liku, dayang, dan permaisuri) sejak tahun 1970-an ini meninggal karena mengidap penyakit komplikasi, yaitu penyakit Ginjal, Paru-Paru, dan Diabetes. Penyakit yang dideritanya sudah cukup lama dan telah 8 kali masuk rumah sakit.
Mendiang akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RSUD Sanjiwani. Almarhum meninggalkan seorang suami, 2 orang anak, dan 5 cucu.
Suami almarhum, I Wayan Suradnya, menuturkan bahwa penyakit komplikasi telah diderita Ni Putu Sulastri sejak lama. Selama itu, sudah keluar masuk RS sebanyak 6 kali. Dan 2 minggu lalu, kembali masuk ke RS.
Namun, karena penyakitnya sudah cukup parah, hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Sanjiwani untuk mendapatkan perawatan intensif. “Tuhan berkehendak lain, tadi pagi subuh sekitar jam 04.30 wita istri tiang (saya, red) dinyatakan meninggal dunia,” ujar Suradnya saat dikonfirmasi, Sabtu (5/8).
Saat ini, jenazah almarhum masih dititipkan di RSUD Sanjiwani. “Saat ini jenazah kami titip di Rumah Sakit Sanjiwani, dan akan kami pulangkan tanggal 7 Agustus, dan besoknya tanggal 8 Agustus akan dilakukan upacara mekingsan ring gni,” ungkapnya.
Paguyuban Drama Gong Lawas juga merasa kehilangan dan bersedih atas berpulangnya salah satu legenda drama gong lawas Bali ini. Ketua Paguyuban Drama Gong Lawas, Anak Agung Gede Oka Aryana, SH.,M.Kn., mengatakan Ni Putu Sulastri adalah sosok pemain drama gong legenda yang dikenal sebagian besar masyarakat Bali pecinta drama gong.
Apalagi, almarhum adalah figur yang multiperan dalam drama gong. Sebab, perannya kadang sebagai liku, dayang, dan permaisuri. Namun, yang paling melekat di hati pecinta drama gong lawas adalah perannya sebagai liku.
“Kami merasa sangat kehilangan sekali atas kepergian dari Bu Putu Sulastri. Kami dari Pengurus Paguyuban Drama Gong Lawas, bersama beberapa seniman tabuh dan pregina akan melayat ke rumah duka pada tanggal 7 Agustus untuk memberikan doa atas kepergian beliau untuk selamanya. Semoga ke depannya lahir lagi Putu Sulastri – Putu Sulastri yang lainnya untuk bisa menggantikan peran beliau,” ujar Agung Aryana yang kesehariannya sebagai notaris ini. (Winatha/balipost)