Suasana ngarebong di Pura Agung Petilan Kesiman. (BP/sue)

DENPASAR, BALIPOST.com – Redite Pon Medangsia, Minggu (20/8) , krama Desa Adat Kesiman menggelar tradisi Ngarebong. Tradisi ini rutin dipusatkan di Pura Petilan.

Sejak pagi hari pralingga ida bhatara sudah mulai dipundut menuju Pura Petilan diawali. dengan Kober Merah Putih dan Hijau duwe Pura Mregan dilanjutkan dengan pertima manca, prasanak dan pangerob, patapakan rangda dan barong yang lainnya.

Bersamaan dengan itu juga digelar parade penjor hasil karya 34 STT/banjar di desa adat ini. Kini pemasangan penjor diatur hanya di jaba tengah dan bagian utara pinggir Jalan WR Supratman agar tak sampai mengganggu lalin.

Pemendakan Ida Bhatara diawali sesuhunan duwe Puri Agung Kesiman dilanjutkan petapatakan lainnya termasuk dari Pemogan, Singgi ,Sanur. Prosesi ngarebong dimulai pukul 16.00 Wita diawali dengan upacara Nyanjan dan Nuwur.

Baca juga:  “Mystical” Situs Air Taman Mumbul, Fragmentari Jaga Kemuliaan Air

Para pengusung rangda dan pepatihnya setelah dilakukan upacara Nyanjan dan Nuwur itu dalam keadaan trance (karauhan). Selanjutnya semua pelawatan Barong dan Rangda serta para pepatih yang trance itu keluar dari Kori Agung, terus mengelilingi panggung dengan cara “prasawia” tiga kali dari timur ke utara, barat dan ke selatan.

Saat melakukan prasawia itu, para pepatih ngurek dengan keris tajam. Usai prosesi prasawia selesai, semuanya kembali ke Gedong Agung dengan upacara Pengeluwuran. Mereka yang trance pun kembali seperti semula. Setelah upacara Pangeluwuran, maka dilanjutkan dengan upacara Maider Bhuwana. Pemangku kabeh dengan semua pengiringnya mengelilingi wantilan tiga kali dengan cara “pradaksina”.

Baca juga:  Cegah COVID-19, Simak Cara Penggunaan Masker yang Benar

Budayawan yang juga Wakil Bendesa Adat Kesiman, Guru Gede Anom Ranuara menjelaskan Pangerebongan untuk mengingatkan umat Hindu melalui media ritual sakral memelihara keharmonisan hubungan antarmanusia dengan Tuhannya. Kemudian antara manusia dengan sesama, serta manusia dengan alam lingkungannya.

Berbagai nilai diperkuat di ngarebong mulai dari pembersihan bhuwana agung dan bhuwana alit, penguatan aspek spiritual, aspek sosial untuk menjaga persatuan aspek budaya berupa tradisi dan kreativitas seni parade penjor. Secara massal ngarebong dilakukan sejak 1937 sedangkan secara intern dilakukan lebih awal di lingkungan puri.

Baca juga:  Rebutan Air, Dua Subak Lintas Kabupaten Mengadu ke DPRD Bali

Di sela sela ritual ngarebong di Puri Pemayun Kesiman diadakan acara simakrama antar warga Kesiman.Tokoh Puri Pemayun Kesiman I Gusti Ngurah Gede, S. H., menjelaskan masimakrama adalah tradisi yang digelar para leluhur puri saat pangerebongan. Selain bermakna memperkuat rasa persaudaraan dan menggali kreativitas anak muda Kesiman.

Ngarebong sesungguhnya terdiri dari tiga rangkaian yakni Ngerebeg yang dilaksanakan pada Umanis Galungan, dilanjutkan dengan Pamendakan Agung pada Paing Kuningan, dan terakhir adalah Ngerebong. (Sueca/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *