DENPASAR, BALIPOST.com – Bali identik dengan seni tradisinya. Banyak hal yang bisa dilakukan lewat seni tradisi khususnya seni pertunjukkan di Bali.
Para seniman Bali tak hanya menjadikan seni tradisi sebagai paket ritual dan hiburan juga untuk memperkuat pesan-pesan nasionalisme. Kini pesan itu ditambah lagi dengan konten membumikan visi Gubernur Wayan Koster “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Semesta Berencana Provinsi Bali Tahun 2018-2023, dilaksanakan secara konsisten, teguh pendirian, dan komitmen kuat. Visi ini untuk menjaga alam, manusia, dan kebudayaan Bali secara niskala-sekala.
Seniman arja yang juga Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI), Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum., mengatakan nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air. Sehingga, segala sesuatu yang ada di Tanah Air harus dijaga dan diperjuangkan untuk keutuhan Tanah Air. Termasuk produk seni dan budaya yang ada. Terlebih, Indonesia dan Bali pada khususnya kaya akan seni dan budaya yang menjadi ciri khas atau kekuatan daripada pariwisata Bali.
Apalagi, pariwisata Bali terkenal akan budayanya. Hal ini dikarenakan budaya Bali memiliki taksu/aura yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya. Diakuinya, perilaku orang Bali sangat nasionalisme dengan mempertahankan segala apa yang ada yang bersifat tradisi.
Prof. Suarta, mengakui bahwa aura Bali sangat berbeda dengan daerah lainnya. Hal ini dikarenakan budaya Bali, terutama seni tradisi sangat kental dan erat hubungannya dengan Agama Hindu. Sehingga, ini yang membentuk karakter-karakter orang Bali yang ramah, penuh toleransi, dan ikhlas. Terlebih, di bawah kepemimpinan Gubernur Koster dengan visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, keberadaan seni budaya Bali semakin diperkuat dengan berbagai regulasi. Hal ini menunjukkan apa yang menjadi ciri khas Bali semakin memperjelas bahwa Bali semakin cinta terhadap seni budaya yang ada untuk keberlanjutan pariwisata budaya Bali ke depan.
Pelawak kawakan bali yang juga dosen seni di UPMI Bali, I Wayan Sugama, S.Sn., M.Sn., alias Condet, mengatakan bahwa saat ini keberadaan seni tradisi Bali sudah menggeliat, tertata dengan bagus dan bisa dilestarikan oleh anak-anak generasi muda Bali. Pasalnya, dulu seni tradisi (salah satunya Arja) sangat lesu, karena dikalahkan dengan drama gong. Namun, berkat diberikan ruang pentas yang lebih oleh Pemerintah Provinsi Bali (melalui Pesta Kesenian Bali), seni tradisi semakin menggeliat.
Saat ini semakin banyak generasi muda mulai menekuni seni tradisi. Bahkan, banyak mahasiswa di UPMI menekuni seni tradisi, terutama Arja. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda Bali semakin mencintai seni tradisi sebagai bentuk cinta nasionalisme mereka terhadap kekayaan seni dan budaya daerah yang dimiliki.
Apalagi, melalui seni dapat mempersatukan perbedaan dalam satu kesatuan. “Seni dan budaya itu merupakan salah satu cikal bakal untuk membangkitkan jiwa nasionalisme, karena dalam seni terdapat berbagai perbedaan sesuai dengan seni daerah masing-masing, namun mampu menyatu dalam satu wadah berkesenian,” ujar Wayan Sugama dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru “Perkuat Nasionalisme Lewat Seni Tradisi untuk Nangun Sat Kerthi Loka Bali”, di Warung Coffee 63 A Denpasar belum lama ini.
Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia UPMI, I Wayan Dede Putra Wiguna, mengatakan bahwa nasionalisme merupakan cinta terhadap apa yang ada di Tanah Air. Termasuk cinta terhadap seni dan budaya daerah masing-masing yang harus dijaga. Menurutnya, anak-anak muda saat ini tidak kalah minat mereka untuk menjaga dan melestarikan seni dan budaya yang ada. Termasuk membumikan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Bahkan, mereka memiliki talenta yang luar biasa dalam pengembangan seni yang ada. Apalagi, Gubernur Bali, Wayan Koster sangat mensuport generasi muda Bali dengan memberikan ruang seluas-luasnya untuk mengeksplorasi bakat kesenian mereka mellaui berbagai event seni. Seperti, Bulan Bahasa Bali, Festival Seni Bali Jani, Bali Digifest, dan lainnya. Sehingga, konsep seni tradisi dikemas menjadi kekinian yang mampu menarik generasi muda untuk mengenal dan melakoni seni tradisi yang ada di Bali. Apalagi, Pemerintah Provinsi Bali memiliki komitmen untuk memberikan penghargaan Bali Jani Nugraha kepada generasi muda yang memiliki talenta di bidang seni kontemporer dan sastrawan muda. (kmb/balipost)