Peternak membersihkan kandang untuk mencegah ternak babi. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Harga jagung yang menjadi bahan pakan babi naik. Sebaliknya harga babi di tingkat peternak masih bertahan di harga Rp 34 ribu. Kondisi itu membuat peternak babi di Bangli menjerit.

I Wayan Sudirman, peternak babi di Desa Kayubihi, Bangli mengungkapkan harga jagung naik sejak sekitar sebulan lalu. Sebelumnya jagung yang sudah dalam bentuk tepung harganya Rp 300 ribu per sak (50 kg). Sekarang Rp 320-325 ribu per sak. “Kalau dihitung per kilonya harga jagung sekarang Rp 6500. Satu ekor babi bisa menghabiskan jagung 2 kg per hari untuk penggemukan,” ungkapnya, Selasa (22/8).

Selain harganya mahal, Sudirman juga mengaku mulai sulit mendapat jagung. Selama ini dirinya membeli jagung langsung dari petani di wilayah Tabanan. Dirinya tidak tahu pasti apa penyebabnya.

Baca juga:  BPBD Bangli Gelar Simulasi Gempa

Ia tak bisa berbuat banyak untuk menyiasati kenaikan harga jagung saat ini. Menurutnya jika kualitas pakan diturunkan dipastikan akan berpengaruh pada penurunan kualitas daging. “Kalau kita kasi pakan dengan memperbanyak dedak, pertumbuhan babi tidak bagus, bobotnya ga bisa masuk,” katanya.

Yang membuat peternak menjerit, di tengah kenaikan harga jagung, harga babi di tingkat peternak tak mengalami kenaikan sejak hampir enam bulan lalu. Sudirman menyebutkan harga babi masih bertahan Rp 34 ribu per kilogram.

Sebelumnya harga babi mencapai Rp 42 ribu per kilogram yang kualitas super. Dengan harga sekarang, dirinya mengaku tak menikmati untung. “Sama sekali tidak dapat untung. Kalau harganya kisaran Rp 37-38 bisa lah dapat untung,” ungkapnya.

Baca juga:  China Kembali Dilanda Gelombang COVID-19, Puncaknya Diperkirakan Capai Puluhan Juta Kasus Per Pekan

Sebagai peternak dan juga pengirim babi ke luar daerah, dirinya berharap pemerintah dapat membantu peternak mengatasi kenaikan harga jagung. Termasuk harga konsentrat. Di sisi lain, pemerintah juga diharapkan dapat memfasilitasi para pengirim babi di Bali untuk berkumpul, supaya ke depan tidak ada lagi saling jatuhkan harga.

Kenaikan harga jagung juga dirasa memberatkan bagi peternak babi lainnya. Sang Putu Adil, peternak babi di Desa Jehem, Tembuku mengatakan meski harga jagung naik, peternak tak bisa serta merta menaikan harga jual babi. “Siapa yang mau beli kalau harga dinaikan. Tapi saya yakin lambat laun harganya nanti akan naik juga,” katanya.

Baca juga:  Kokok Ayam Dikeluhkan, Wisman di Bali Diminta Hargai Kearifan Lokal

Dikatakan Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Kabupaten Bangli itu bahwa jagung menjadi komponen utama untuk pakan babi. Sekitar lima puluh persen pakan bahannya dari jagung.

Selama ini jagung yang dipakai pakan babi banyak didatangkan dari luar Bali seperti Sumbawa, Lombok dan Jawa. “Pemerintah mestinya ada kerjasama dengan daerah-daerah penghasil jagung ini. Karena di Bali ini kan andalannya babi. Hampir 90 persen warga Bali pelihara babi. Harusnya itu yang lebih digarap pemerintah,” kata Sang Putu Adil. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *