Desa Adat Sekardadi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli belum lama ini kembali menggelar upacara ngusaba bantal. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Sekardadi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli belum lama ini kembali menggelar upacara ngusaba bantal. Upacara tersebut rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dalam ngusaba bantal, banten yang dihaturkan pantang menggunakan bahan yang digoreng.

Bendesa Adat Sekardadi, I Nengah Madria, Kamis (7/9) mengatakan, upacara ngusaba bantal di Desa Adat Sekardadi digelar, Selasa (5/9) lalu. Upacara ngusaba bantal dilaksanakan di Pura Dalem desa adat setempat.

Dijelaskan Madria, ngusaba bantal rutin dilaksanakan setiap Sasih Katiga. Hari pelaksanaannya disesuai dengan hari baik. Biasanya upacara itu diadakan setelah rahinan purnama, pada panglong 1, panglong 3, panglong 5, atau panglong 7. “Hari itu dipilih salah satu. Yang seringnya dilaksanakan pada Panglong ping 3, atau panglong ping 5,” jelasnya.

Baca juga:  Desa Adat Tohjiwa Gandeng Pemuda Tanggulangi COVID-19

Sesuai tradisi yang sudah diwariskan leluhurnya secara turun temurun, dalam pembuatan upakara krama pantang menggunakan bahan yang digoreng. Hanya boleh memakai bahan yang dikukus, direbus atau dibakar/dipanggang. “Sama sekali tidak boleh pakai bahan yang digoreng. Jadi yang boleh hanya buah dan jaja bantal,” terangnya.

Secara pribadi, Madria mengaku tidak tahu persis alasan kenapa tidak boleh memakai bahan upakara yang digoreng. Namun demikian hal itu selama ini telah dipatuhi dan dilestarikan secara turun-temurun oleh Krama. “Saya tidak tahu persis alasannya karena tidak ada tercatat. Tapi secara turun-temurun sudah seperti itu,” kata Madria.

Baca juga:  Diundur, IBTK di Desa Adat Muncan Selat

Pelaksanaan ngusaba bantal di Desa Adat Sekardadi diawali dengan prosesi mareresik. Selanjutnya krama memotong sapi dan ayam untuk diolah menjadi sarana upakara. Dalam pelaksanaan upacara, terdapat prosesi mamenjor yakni ngaturang tetabuh menggunakan bambu panjang. Tetabuh yang dihaturkan berupa tuak sekitar 2 liter.

Diungkapkan juga bahwa upacara ngusaba bantal di Pura Dalem Desa adat Sekardadi tidak menggunakan iringan gong ataupun tarian. Secara umum upacara ngusaba bantal dilaksanakan sebagai wujud syukur umat terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Madria berharap ngusaba bantal di Desa Adat Sekardadi bisa terus dilaksanakan. “Kami selaku generasi penerus berharap bisa terus melanjutkan dan menjaga warisan leluhur ini. Walaupun upacara ini belum ada tercatat dalam lontar dan awig-awig,” harapnya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Desa Adat Sekardadi, Gelar Upacara Ngusaba Bantal

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *