Warga memainkan Gong Raja Duwe. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Desa Adat Sepang, Kecamatan Busungbiu Buleleng terus menjaga warisan leluhur, berupa keberadaan Gong Raja Duwe. Gong yang tergolong disakralkan ini ditemukan sejak 1924 oleh tetua di desa itu.

Mewakili Bendesa Adat Sepang, Kelian Gong Raja Duwe Desa Sepang, Ketut Runtawan menjelaskan keberadaan gong ini merupakan warisan leluhur. Berbagai instrumen gamelan ditemukan di tempat berbeda.

Ada yang ditemukan di hutan, ada juga ditemukan di wewidangan desa adat setempat. Gong Sakral yang terdiri dari beberapa instrumen tabuh, seperti Kempul, Keneng, Kemong, Kendang, dan Preret ini hanya boleh dimainkan di Pura Puseh setempat saat piodalan.

Baca juga:  Desa Adat Nagasepaha Melasti ke Segara Buleleng

“Tabuh atau iramanya khas, dan penabuhnya adalah dari keturunan para penabuh zaman dahulu. Setiap irama tubuhnya mengandung filosofi tersendiri,” paparnya.

Runtawan menjelaskan tidak diketahui pasti kenapa diberi nama Gong Raja Duwe. Namun jika diartikan Gong Raja Duwe ini merupakan alat gamelan yang dulunya dimiliki oleh para raja zaman dulu.

Ini juga dibuktikan dengan beberapa ornamen gamelan yang ditemukan di bawah gundukan tanah di desa setempat. Bahkan ada salah satu ornamen preret atau terompet ditemukan di tengah hutan.

Uniknya preret yang ditemukan ini terbuat dari kayu dan memiliki dauh. Sedangkan untuk lubang-lubang preret disinyalir dibuat oleh rayap.

Baca juga:  ASN Pemprov Bali Ikuti Tes Tertulis, Ukur Pemahaman "Nangun Sat Kerthi Loka Bali"

“Preret kayu ini terbuat dari kayu kelawasan. Kayu ini ternyata memiliki lubang berjumlah 7 buah. Karena bentuknya sama persis seperti terompet tetua di desa kami mengambilnya untuk bawa pulang,” ucapnya.

Bahkan menurut Runtawan, ada salah satu ornamen gamelan yakni kempul, dibawakan oleh orang cacat. Orang cacat ini menjual ornamen gambelan itu di wewidangan pura.

Saat ada salah warga Sepang yang ingin membeli dan membayar, yang membawa gamelan ini tiba-tiba menghilang. Ornamen gamelan kempul hanya digantung di sekitar Pura Puseh itu.

Baca juga:  Bahana Samastha Svara Membahana di Tingkat Nasional

“Saat warga ingin membayar, yang membawakan gambelan ini tiba-tiba menghilang misterius. Karena takut, warga kami kembali pulang. Selang beberapa waktu, warga ini kembali melihat gambelan ini masih tergantung,” terangnya.

Kondisi gambelan yang sudah tua dan lapuk, membuat Desa Adat Sepang akan membuat duplikatnya. Hanya saja, karena gambelan sakral, pihak desa adat akan melaksanakan koordinasi dengan krama desa dan membuat upacara terkait hal ini.

Hingga kini sudah ada 18 lagu yang bisa dimainkan dari gamelan Gong Raja Duwe ini. Beberapa lagu diantaranya Warga Sari, Bungan Bedeg, Cundik Cundik dan Goang Maling Taluh. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *