DENPASAR, BALIPOST.com – Pariwisata Bali kini menjadi sorotan. Banyak problema yang menghantui sektor yang menjadi lokomotif ekonomi Bali ini. Mulai dari makin banyaknya wisatawan mancanegara yang berulah hingga ancaman kerusakan lingkungan karena daya dukung yang tak memadai untuk menampung serbuan wisatawan ke Bali.
Solusinya, seperti disampaikan banyak pakar dan pelaku pariwisata adalah mewujudkan pariwisata berkualitas. Dalam artian, wisatawan yang datang harus memiliki kualitas berperilaku hingga spending yang tinggi.
Mewujudkan hal ini tentu bukan urusan mudah. Terlebih, Bali sudah mati suri hampir 3 tahun karena dihantam pandemi COVID-19.
Salah satu asa untuk mewujudkan pariwisata yang berkualitas ini adalah pembangunan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang ada di kawasan Pelindo Regional 3 Cabang Pelabuhan Benoa. Proyek yang mendapatkan dukungan pendanaan pemerintah pusat senilai Rp6 triliun ini ditargetkan akan selesai pada 2024.
Kenapa BMTH? Sebab seperti disampaikan Dosen School of Tourism, Universitas Ciputra Surabaya, Dewa Gde Satrya, kapal cruise umumnya membawa wisatawan yang memiliki pengeluaran tinggi sehingga bisa membuat ekonomi daerah yang dikunjungi tumbuh. Disampaikannya, para penumpang kapal rata-rata membelanjakan USD 300 setiap berhenti di sebuah kota.
Kalau satu kapal berisi 1.500 wisatawan, berarti hampir Rp 4,5 miliar akan dibelanjakan. Itu jika hanya satu kapal yang datang.
Star Cruise misalnya, sudah bersandar ke sejumlah pelabuhan di Indonesia. Misalnya pulau Seribu, Semarang, Bali, Lombok dan Komodo.
Sejauh ini, pembangunan di BMTH sudah hampir rampung. Kondisi terkini dalam pengerjaan proyek itu diungkapkan Regional Head 3 Pelindo Ardhy Wahyu Basuki pada 23 Agustus 2023.
Ardhy menyatakan area yang telah selesai dibangun yakni Pengembangan Gate dan Perluasan Terminal Penumpang Internasional atau biasa disebut Bali Cruise Terminal yang saat ini telah beroperasi. Pekerjaan Infrastruktur dasar dan fasilitas umum, pekerjaan revetment dan retaining wall area pengembangan 1, perpanjangan dermaga cruise timur sepanjang 160 meter, dan taman segara Kerthi seluruhnya juga sudah selesai dilakukan.
“Secara umum sebagian besar pekerjaan Infrastruktur BMTH sudah berjalan sesuai rencana dan progressnya juga sesuai jadwal, fokus kita selanjutnya ada di area Pengembangan 1 dan 2,” ujar Ardhy ketika itu.
Sedangkan untuk area pengembangan yang masih dalam proses pengerjaan yakni Pekerjaan Revetment dan Retaining wall area pengembangan 2 mencapai 93,130 persen, dan pekerjaan Infrastruktur dasar zona pengembangan 1 telah 41,537 persen. Ardhy pun optimis pembangunan BMTH akan selesei sebelum 2024 atau Desember tahun ini.
“Saat ini kami terus melakukan percepatan pembangunan infrastruktur di area pengembangan 1 dan 2 agar penyeleseian sesuai jadwal,” tegasnya.
Wayan Koster saat menjabat sebagai gubernur Bali juga sempat menyampaikan apresiasi atas pengembangan Pelabuhan Benoa yang dilakukan oleh Pelindo III itu. Menurutnya, konsep pengembangan BMTH sudah menggambarkan Bali sebagai daerah tujuan wisata yang berwawasan budaya dan kearifan lokal Bali.
Dengan demikian pengembangan Pelabuhan Benoa dapat sejalan dengan visi pemerintah Provinsi Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru. Ia menilai harmonisasi pembangunan penting untuk menggambarkan kehidupan asli masyarakat Bali yang lekat akan budaya dan tradisi. Guna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya.
“Wisatawan yang datang melalui Pelabuhan Benoa harus merasa jika mereka berada di Bali saat pertama kali tiba, hal ini penting karena Bali memiliki nilai budaya yang kuat,” kata Koster.
Dari catatan Pelindo, hingga Agustus 2023 ini sudah ada 50 kapal cruise yang singgah di Pelabuhan Benoa. Harapannya pembangunan BMTH sebagai Hub Pelabuhan Wisata terbesar bisa menambah kunjungan kapal pesiar yang membawa wisatawan mancanegara.
Dalam ajang flagship ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023 yang berlangsung 5-6 September 2023 lalu, Pelindo juga menawarkan BMTH sebagai proyek strategis bagi investor internasional. Disampaikan Direktur Strategi Pelindo, Prasetyo, dikutip dari keterangan tertulisnya, BMTH ini disiapkan untuk menjadi jangkar dalam membangun konektivitas pariwisata di Indonesia.
BMTH akan menjadi alur utama marine tourism di Indonesia, BMTH terkoneksi dengan jalur pariwisata domestik maupun internasional. Sebagai contoh; Lombok, Labuan Bajo, dan Raja Ampat yang merupakan koneksi ke arah timur.
Sebaliknya ke arah Barat, terdapat Surabaya, Banyuwangi, Probolinggo, Semarang, Jakarta dan berbagai wilayah Sumatera. Sedangkan konektivitas internasional yaitu ke wilayah ASEAN dan Australia.
Ia pun memaparkan sejumlah infrastruktur yang disiapkan di BMTH ini. “Pada Development Area 1 akan dibangun Marina dengan luasan sekitar 27 ribu meter persegi yang mampu menampung 275 yacht, dilengkapi dengan zona penunjang marina seluas 44 ribu meter persegu dan juga taman. Terdapat juga area ritel atau komersial dengan luas total 32 ribu meter persegi,” ungkapnya.
Di samping itu, panjang dermaga Cruise Terminal BMTH dirancang mencapai 828 meter di sisi timur untuk regular/turnaround cruise dan 614 meter di sisi selatan untuk home port cruise dengan kedalaman masing-masing hingga -12 mLWS.
Makin mendekati rampungnya BMTH ini, pelaku usaha pariwisata dan eksportir juga menanti. Disampaikan pelaku pariwisata, Panudiana Kuhn, keberadaan Benoa sebagai hub, tentu akan berdampak bagi perekonomian Bali. Ia menilai BMTH akan makin memantapkan posisi Bali sebagai destinasi berkualitas dunia.
Namun, dilihat dari sisi ekspor, keberadaan BMTH ini dinilai tak akan berpengaruh signifikan. Sebab, dikatakan mantan Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Bali ini, volume ekspor Bali tidak terlalu besar.
“Kalau lewat pelabuhan, problemnya produk yang akan diekspor dari Bali tidak banyak. Selain itu, waktu yang dibutuhkan dengan pengiriman lewat laut juga masih lama,” ungkap pengusaha senior yang memiliki usaha cargo ini.
Ia pun menyebut, kebanyakan produk dari Bali dikirim lewat udara. “Yang banyak dari Bali itu udara,” cetus mantan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali ini.
Dikutip dari data BPS, pada Juli 2023, nilai ekspor barang Provinsi Bali ke luar negeri tercatat naik 0,48 persen secara month to month (m-t-m), dari US$ 47.577.369 pada bulan Juni 2023 menjadi US$ 47.804.261 pada bulan Juli 2023. Bila dibandingkan dengan bulan Juli 2022 year on year (y-o-y), nilai ekspor Bali bulan Juli 2023 justru tercatat turun 4,64 persen.
Dari 5 besar negara tujuan ekspor Bali pada bulan Juli 2023, nilai ekspor ke Jepang tercatat mengalami peningkatan sebesar 40,48 persen (m-t-m). Peningkatan ini terutama disebabkan karena naiknya ekspor produk minuman, alkohol, dan cuka (HS 22).
Nilai ekspor kumulatif pada periode Januari-Juli 2023 tercatat sebesar US$ 332.333.114 turun 4,85 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. (Diah Dewi/balipost)