GIANYAR, BALIPOST.com – Jalan Kabupaten yang menghubungkan antara Banjar Cebok dengan Desa Kedisan, Tegallalang mengalami jebol telah melalui proses survai. Kabid Bina Marga Dinas PUPR, Made Gede Astawiguna seizin Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Gianyar, Dewa Hartawan, Rabu (20/9), mengatakan bahwa untuk perbaikan jalan Cebok- Kedisan yang amblas, Bidang Bina Marga akan berkoordinasi dengan Pimpinan PUPR dan Pj Bupati Gianyar, I Dewa Tagel Wirasa.
Diungkapkannya, hasil survai bahwa badan jalan yang berada di pinggir jurang longsor dengan kedalaman jurang lebih dari 50 m. Penyebab jebol utama karena cultur tanah di wilayah tersebut bergelombang.
Astawiguna menjelaskan, kondisi Jalan Cebok- Kedisan kondisi tanah sangat labil. Di tempat tersebut terindentifikasi terdapat terowongan saluran irigasi, dan pipa saluran air bersih. Di pinggir jalan sebelah Barat badan jalan ada lahan sawah basah untuk pertanian.
Dipaparkannya, akumulasi kondisi tersebut menyebabkan badan jalan menjadi longsor dan jebol. Terbentuknya longsoran setengah lingkaran bukan merupakan simbul. “Ini murni badan jalan di pinggir jurang yang runtuh, kemiringan jurang hampir tegak lurus dengan kemiringan sekitar 80-90 persen,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, hasil survai ini akan dilaporkan pimpinan di PUPR termasuk Pj Bupati. Hasil investigasi lapangan akan digunakan PUPR memberikan alternatif pilihan dapat diambil untuk kelanjutan penanganan jalan Cebok-Kedisan yang jebol. “Penanganan dengan tetap mengedepankan keamanan dan efektivitas anggaran,” jelasnya.
Ditanya terkait alternatif penanganan Jalan Cebok-Kedisan, Made Gede Astawiguna menekankan Bidang Bina Marga akan menyodorkan pertimbangan 3 alternatif. Pertama dengan membangun dinding penahan tanah (DPT) dengan tinggi hampir 50 m dengan panjang di kisaran 30-40 m, kedua pembangunan jembatan dengan mempertimbangkan dasar jembatan, dan ketiga pemindahan ruas jalan di sebelah Barat jalan yang jebol.
Guna mencegah jatuhnya korban, PUPR sudah berkoordinasi dengan Klian Dinas setempat agar masyarakat tidak melewati atau mendekati lokasi longsor. “Kondisi tanah masih labil karena irigasi atau sawah basah yang ada di pinggir jalan atau jurang,” tegasnya. (Wirnaya/Balipost)