Singaraja kini memiliki festival baru bertajuk Singaraja Literary Festival. Festival ini digagas oleh Kadek Sonia Piscayanti dan Made Adnyana Ole, dari Yayasan Mahima Indonesia. (BP/yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Singaraja kini memiliki festival baru bertajuk Singaraja Literary Festival. Festival ini digagas oleh Kadek Sonia Piscayanti dan Made Adnyana Ole, dari Yayasan Mahima Indonesia.

Tujuannya untuk menghidupkan, mendiskusikan, mementaskan, dan mengalih wahanakan kembali legacy bidang sastra dan intelektualisme masa lalu yang dimiliki Singaraja. Mengambil tema “Gedong Kirtya sebagai Pusat Intelektualisme Bangsa,” festival ini memiliki visi mengajak pendidik, peneliti, mahasiswa, dan pelajar untuk mengapresiasi dan merayakan kembali kekayaan di bidang kesusastraan dalam berbagai bentuk alih wahana karya yang bersumber dari lontar di Gedong Kirtya.

Baca juga:  Tangani Abrasi Pantai, BWS Bali–Penida Kesulitan Anggaran

Upaya ini juga selaras dengan tujuan aktivasi ruang publik Gedong Kirtya dan kawasannya sehingga dapat diakses oleh siapapun yang ingin hadir dan menyaksikan festival. Menurut Sonia, Kamis (21/9), festival ini mengambil nafas sastra karena itulah penggerak kebudayaan di masa lampau yang menggerakkan masa kini dan nanti.

Ada kurang lebih 30 program di dalam festival ini. Terdiri dari lomba, workshop, kuliah umum, diskusi publik, bedah buku, pameran, akustik musik, teater dan tari, serta pertunjukan naratif dalang dan kolaborasi lintas komunitas. Adapun beberapa program diantaranya lomba baca puisi se-Bali, kuliah umum dari Sugi Lanus soal Gedong Kirtya dan kontribusinya dalam membangun kebudayaan, dan bedah buku kumpulan cerita pendek Singaraja.

Baca juga:  Ungkap Kematian Pedagang dengan Mulut Tersumpal dan Tangan Terikat, Polda Turunkan Tim Labfor

Terdapat juga musik tribute kepada seniman Gde Dharna, pertunjukan wayang berdasar cerita lontar, dan dramatic reading Malancaran ka Sasak. Sasaran kegiatan ini adalah pelajar, mahasiswa, pecinta seni budaya, kritik, akademisi, peneliti, penerjemah, dan para pakar sejarah. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *