Warga di Kecamatan Pekutatan, Jembrana, khususnya yang terkena jalur jalan Tol Gilimanuk-Mengwi berharap kelanjutan pembangunan proyek infrastruktur nasional itu. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Warga di Kecamatan Pekutatan, Jembrana, khususnya yang terkena jalur jalan Tol Gilimanuk-Mengwi berharap kelanjutan pembangunan proyek infrastruktur nasional itu. Selama ini, meski lahan mereka sudah dipatok, belum ada tindak lanjut apakah berlanjut atau tidak.

Sehingga terkesan mengambang. Terlebih mandeknya pembangunan di sekitar areal groundbreaking.

Para kepala kewilayahan dari desa hingga Camat yang sebelumnya ikut mendampingi dalam tahap sosialisasi, mengaku sering menerima pertanyaan dari warga terkait hal tersebut. Namun, mereka tidak bisa menjawab pasti sembari meminta menunggu.

Camat Pekutatan, I Wayan Yudana, mengatakan di awal sosialisasi sebagian warga yang lahannya terkena jalur menyetujui proyek pemerintah ini. Memang sempat ada beberapa warga yang agak keberatan di wilayah Timur, tetapi menurutnya sudah diberikan pemahaman dan dapat menerima.

Baca juga:  Tambahan Harian Kasus COVID-19 Didominasi 3 Zona Merah dan 1 Orange

“Warga Pekutatan setuju dengan kelanjutan jalan Tol ini, tetapi memang banyak pertanyaan bagaimana kelanjutan, kami belum bisa menjawab. Pengerjaan sebelumnya juga masih di areal Perumda Provinsi Bali,  selain itu kami juga belum mengetahui,” terang Yudana.

Masyarakat menurutnya setuju adanya pembangunan infrastruktur jalan ini dengan harapan kemajuan daerah khususnya Kecamatan Pekutatan. Termasuk adanya investasi yang akan masuk di Kecamatan Pekutatan, di luar jalan Tol.

Tetapi memang dirinya tidak mengetahui secara pasti dan detail terkait hal tersebut karena ranah dan tanah ada di Provinsi Bali. Memang saat ini belum ada penggarapan lagi di sekitar areal groundbreaking Tol. Namun warga berharap agar pembangunan ini bisa berjalan.

Baca juga:  Warga Jembrana Positif Corona Bertambah

Sekedar informasi, penggarapan di areal groundbreaking jalan Tol di Pekutatan, kini memang nampak kosong tanpa aktivitas. Sejumlah alat berat dan truk yang lalu lalang sudah tidak ada. Di areal groundbreaking di jalan menuju Singaraja ini masih menyisakan pagar seng warna biru yang sebelumnya digunakan untuk gudang alat dan kantor sementara.

Tetapi sekarang sudah kosong dan hanya menyisakan pagar saja. Begitu juga di areal lahan groundbreaking nampak terbuka dengan gundukan pematangan lahan. Bahkan beberapa di antaranya sudah mulai ditumbuhi rumput dan tanaman merambat. Tidak ada rambu batasan masuk ke areal penataan lahan tersebut.

Baca juga:  Dari Melasti IBTK Besakih hingga Larangan Sepeda Listrik Terlambat

Ribuan pohon karet, kelapa dan lain-lain juga sudah dibabat berubah menjadi lahan terbuka. Selain jalur jalan tol, di lahan Perumda Bali ini juga akan digunakan untuk investasi seperti Taman hiburan (Taman KBS), tempat olahraga hingga perumahan. Untuk kepentingan investasi inilah, sejumlah tempat tinggal (mess) karyawan Perumda Bali sudah dikosongkan dan dibongkar.

Di desa Pekutatan ada dua banjar Adat yang bubar karena penduduknya sudah pindah yakni di Sumbermis dan Koprahan. Puing reruntuhan bangunan permukiman warga di Banjar Sumbermis juga masih terlihat. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *