Sang Ayu Ganti, S.Sos., M.Pd.H. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Salah satu seni panggung tradisional yang sempat mengalami kejayaan pada era tahun 1980-an adalah kesenian drama gong. Sempat mengalami masa surut, kini drama gong bangkit lagi. Pementasannya makin marak dan mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat.

Banyak yang berharap drama gong, kini dan ke depan tetap lestari. Sebab, kesenian ini sarat nilai adiluhung warisan leluhur. Tak hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan. Nilai etika, estetika, budi pakerti, dan media pelestarian bahasa Bali, ada pada kesenian drama gong.

Salah satu pemain drama gong yang aktif berkiprah dalam pementasan drama gong adalah Sang Ayu Ganti, S.Sos., M.Pd.H. Perempuan kelahiran Bebalang Bangli, 30 November 1970 ini menyukai seni sejak usia muda. Darah seni mengalir dari ayahnya, Sang Made Puri yang penabuh kerawitan dan penari bapang barong. Putri dari Gusti Ayu Kerti ini sudah terlibat dalam pentas tari lepas sejak sekolah dasar. Kemudian saat menjadi anggota sekaa teruna-teruni, bergabung dalam sekaa drama gong, memerankan tokoh liku.

Baca juga:  Soal Putusan PT, Ini Kata Pengacara Jerinx

Sang Ayu Ganti belajar kesenian drama gong dari sejumlah tokoh. Bakat acting-nya dalam drama gong makin terasah. Kemampuan seni panggung yang dimilikinya kemudian dilirik oleh sekaa gong drama gong remaja. Selanjutnya, ia bergabung menjadi pemain drama gong di sejumlah sekaa drama gong ternama.

Selain memerankan liku, ia juga berhasil memerankan tokoh yang lain seperti putri, permaisuri dan dukuh. Semua peran yang dibawakan itu diakui sulit. Tetapi dengan terus belajar dan menghayati karakter tokoh yang dibawakan, semuanya bisa diperankan dengan maksimal.

Baca juga:  Enam Terdakwa Kasus Penculikan Dituntut 1,5 Tahun

Sebagai ASN di Pemkab Bangli, Sang Ayu Ganti tetap berupaya bisa menjalankan aktivitas berkesenian. Di satu sisi menjadi abdi negara yang baik, kemudian bisa menjalankan aktivitas seni dengan baik juga.

Peraih juara I lomba dharma wecana tingkat Provinsi Bali dan Juara III tingkat nasional ini, memang tertarik dengan drama gong, karena banyak hal yang bisa diperoleh dari kesenian ini. Selain penggunaan sor singgih bahasa Bali, dalam drama gong ada tata cara berbusana, ada seni peran, tata krama, dan tuntunan hidup. Demikian strategisnya peran drama gong sebagai media edukasi, selain tontonan, pihaknya berharap kesenian ini semakin lestari ke depan, dengan tetap mempertahankan pakemnya. (Subrata/balipost)

Baca juga:  Ni Ketut Yudhani, Pemeran Permaisuri Drama Gong Berpulang
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *