Arsip foto - Ranting pohon mengering tanpa dedaunan di kawasan Benoa, Denpasar, Jumat (25/8/2023). (BP/Ant)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat diminta mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Bali karena wilayah kekeringan yang meluas.

“Waspadai dampak fenomena El Nino seperti kekeringan dan potensi kebakaran hutan dan lahan serta pohon tumbang,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (1/10).

BBMKG Denpasar mencatat wilayah kekeringan di Bali meluas dari 14 titik pada dua dasarian sebelumnya menjadi 15 titik di Bali.

Wilayah di Bali yang berpotensi mengalami kekeringan karena tidak turun hujan berturut-turut hingga 90 hari yakni di Kabupaten Buleleng yaitu di Kecamatan Buleleng, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, dan Sukasada.

Baca juga:  Tabrakan Beruntun, 1 Tewas

Kemudian di Kabupaten Jembrana di Kecamatan Melaya, Kabupaten Bangli di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Karangasem di Kecamatan Karangasem dan Kubu.

Selanjutnya di Kabupaten Badung di Kecamatan Kuta, Kuta Utara dan Kuta Sekatan, Kabupaten Klungkung di Kecamatan Nusa Penida dan di Kota Denpasar yakni di Kecamatan Denpasar Timur dan Denpasar Selatan.

Kecamatan di Bali yang tidak ada hujan selama 90 hari terjadi di Kubu, kemudian di Kubutambahan selama 89 hari, Kintamani dan Gerokgak masing-masing 84 hari sudah tidak turun hujan berturut-turut.

Baca juga:  Melasti, Umat Silih Berganti Datangi Pantai

BBMKG Denpasar memetakan secara umum hari tanpa hujan di Bali berada pada kategori masih ada hujan hingga kekeringan ekstrim atau lebih dari 60 hari tidak turun hujan. Ada pun distribusi curah hujan di Bali secara umum hingga 38,4 milimeter per 10 hari.

Sebelumnya, kawasan Taman Wisata Alam Gunung Batur di Kabupaten Bangli mengalami kebakaran diperkirakan akibat kekeringan pada Sabtu (2/9) dengan luasan lahan terbakar diperkirakan sekitar lima hektare.

Kebakaran juga melanda lereng hutan Bukit Kelindang di Desa Kerta Mandala, Kecamatan Abang, Karangasem dengan luasan terdampak diperkirakan sekitar satu hektare pada Senin (25/9).

Baca juga:  Optimalkan Potensi Ekspor Ikan, Rute Kupang-Australia Dibuka Kembali

Sebelumnya, BBMKG Denpasar memperkirakan puncak musim kemarau di Bali terjadi pada Juli-Agustus 2023 yang dipengaruhi fenomena El Nino.

Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) apabila mencapai angka lebih dari 1 merupakan intensitas moderat dan akan semakin kering.

Kondisi El Nino diperkirakan mencapai 1,01 pada periode Juni, Juli, Agustus (JJA) 2023, kemudian meningkat lagi pada periode Juli Agustus September 2023 (JAS), dan Agustus September Oktober (ASO) mencapai 1,10. Kemudian berangsur menurun hingga November Desember Januari (NDJ) mencapai 0,92. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *