MANGUPURA, BALIPOST.com – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Badung, Wayan Adi Arnawa berjanji akan mendanai tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon di Pura Desa dan Puseh, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi. Birokrat asal Pecatu, Kuta Selatan ini akan mengalokasikan tradisi tersebut dalam APBD Badung.
Menurut Adi Arnawa, tradisi Aci Tabuh Rah yang lebih dikenal dengan perang ketupat ini merupakan warisan para leluhur yang harus dan wajib dijaga dan dilaksanakan. Karena itu, pihaknya selaku pemerintah sangat mengapresiasi terlaksananya tradisi ini dan akan mendukung dalam hal pendanaan.
“Saya berjanji di tahun yang akan datang (2024 -red) acara Aci Tabuh Rah Pengangon akan dianggarkan dari APBD Kabupaten Badung. Sebab, ini jelas terbukti Desa Adat Kapal konsisten menjalankan adat dan budaya,” ungkapnya.
Dijelaskan, tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon merupakan warisan leluhur Desa Adat Kapal dan hingga sekarang sudah dilaksanakan sebanyak 784 kali. Tradisi yang muncul sejak tahun 1339 masehi, zaman jagat Bali mula dipimpin oleh seorang Raja Ida Sri Astasura Ratna Bumi Banten ini dapat menjadi daya tari wisata.
“Kami selaku pemerintah sangat mengapresiasi terlaksananya tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon sebagai sebuah upacara persembahan ke hadapan sang pencipta serta memohon kerahayuan jagat. Ke depan kami harapkan tradisi ini tetap konsisten sebagai upaya melestarikan kearifan lokal dan juga sebagai daya tarik wisata,” harapnya.
Dikatakan, Pemkab Badung mendorong dan menambah berbagai macam destinasi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, sehingga bermuara pada peningkatan pendapatan Kabupaten Badung.
“Pada prinsipnya Pemkab Badung ingin mendorong dan menambah berbagai macam destinasi wisata dengan harapan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Bali, khususnya Badung,” katanya.
Sekda Adi Arnawa juga mengungkapkan bahwa Bupati/Wakil Bupati Badung berkomitmen melestarikan adat tradisi seni dan budaya bali dengan memprioritaskan kearifan lokal. Apa yang menjadi kearifan lokal maupun ciri khas daerah selayaknya dibangkitkan dan dikembangkan.
“Kegiatan permainan rakyat dan olahraga tradisional juga dapat menjadi salah satu daya tarik wisata, misalnya dalam pengembangan desa wisata tentunya perlu ditampilkan permainan rakyat setempat sebagai salah satu atraksi selain pementasan seni,” sebutnya. (Parwata/balipost)