NEGARA, BALIPOST.com – Bendungan Palasari di Desa Ekasari, Melaya, mengalami kondisi surut sejak dua bulan terakhir. Bahkan air yang bersumber dari bukit Sanghyang dan air hujan ini sempat di tingkat elevasi kecil. Kondisi ini kemungkinan terjadi lama mengingat musim hujan diperkirakan masih lama dampak El Nino.
Menyikapi kondisi ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jembrana, Senin (2/10) melakukan pengecekan dan assessment terkait dampak bendungan surut ini. Dari pengamatan tinggi air memang sangat turun meskipun masih ada genangan dari sumber air. Sedimentasi bendungan juga nampak mencolok.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengatakan, bendungan Palasari awalnya memiliki volume air waduk sebanyak 8 juta meter kubik, dikarenakan adanya sedimentasi menjadi 7 juta meter kubik.
Namun hasil pemantauan saat ini diperkirakan jumlah debit air di Bendungan Palasari sebanyak 230.000 meter kubik. Dikatakan, ini disebabkan oleh dampak dari kekeringan yang melanda hampir seluruh wilayah. Penurunan volume air bendungan ini katanya sudah terjadi sejak dua bulan lalu, tepatnya sejak bulan Agustus hingga saat ini.
Penurunan volume air bendungan juga dikhawatirkan berdampak pada pertanian di sekitarnya. Fungsi bendungan ini yang paling utama adalah pengairan sawah atau pertanian dan sedikitnya 10 subak di Kecamatan Melaya yang membutuhkan suplai air dari bendungan. Biasanya pembukaan air bendungan dalam keadaan normal secara bergiliran blok barat dan timur. Pembagian subak disekitar bendungan terbagi menjadi 2 blok, Blok Barat seluas 462 hektar dan Blok Timur seluas 471 hektar dengan total luas lahan pertanian yang membutuhkan suplai air dari bendungan sebanyak 933 hektar.
Dikarenakan kekeringan yang melanda hingga saat ini menyebabkan hanya 3 Subak yang masih bisa dialiri dari bendungan yaitu pada blok Barat adalah Subak Mertasari, Subak Pulemerta, dan Subak Pecatusari.
Dengan total luas lahan 379 hektar dan karena lahan pertanian dari 3 subak tersebut sudah panen jadi air dari bendungan ditutup. “Pengecekan ini juga kami lakukan di Bendungan Benel di Manistutu. Kami ingin memastikan mitigasi terkait dampak musim kering saat ini. Terlebih dari peringatan dini BMKG, puncak kekeringan hingga Desember dan kemungkinan belum ada hujan sampai bulan April,” katanya.
Sehingga diharapkan nantinya ada upaya atau solusi khususnya untuk pertanian yang membutuhkan air. Seperti misalnya memanfaatkan sumur-sumur bor untuk pertanian di subak-subak atau cara yang lain. (Surya Dharma/Balipost)