Mahfud MD (kiri) dihadiahi lontar yang memuat Asta Brata, ajaran kepemimpinan dalam Kakawin Ramayana saat berkunjung ke Puri Kauhan Ubud. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Dalam kunjungan kerja di Bali, Selasa (10/10), Menkopolhukam RI, Prof. Dr. Mahfud MD “simakrama” ke Puri Kauhan Ubud dilanjutkan dengan dialog dengan tokoh-tokoh adat, budaya dan akademisi Bali. Kedatangan Mahfud MD di Puri Kauhan Ubud disambut oleh AA Bagus Ari Brahmanta dan AA Gde Ariawan yang didampingi AAGN Ari Dwipayana yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden RI.

Dikutip dari rilisnya, Ariawan menjelaskan kepada Mahfud MD mengenai keberadaan Puri di Bali yang tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya dari para leluhur secara turun-temurun. Warisan budaya itu berupa karya seni arsitektur, keris sampai dengan nilai-nilai kearifan lokal yang termuat dalam puluhan manuskrip lontar.

Baca juga:  Jadikan Pandemi Sebagai Momen Tetap Kreatif

Pada kesempatan itu Mahfud MD dihadiahi lontar yang memuat Asta Brata, ajaran kepemimpinan dalam Kakawin Ramayana. Asta Brata berisi tuntunan 8 Sikap Utama bagi seorang pemimpin.

Lontar beraksara Bali dengan bahasa Jawa Kuno itu disimpan dalam sebuah kotak kayu yang disebut keropak, diserahkan langsung oleh AAGN Ari Dwipayana. Pada saat lontar diserahkan, Cok Sawitri, seorang penggerak budaya, melantunkan teks asli kakawin Ramayana dan menjelaskan artinya sehingga mudah dipahami oleh Menkopolhukam RI.

Baca juga:  Status Gibran Sah Usai Anwar Dicopot Sebagai Ketua MK

Ari Dwipayana juga mengajak Mahfud MD untuk melihat pameran mini yang menunjukkan manuskrip lontar koleksi Puri Kauhan Ubud. “Senang sekali hari ini bisa berkunjung ke Puri Kauhan Ubud, Bali, sekaligus berdialog dengan para tokoh adat, penglingsir puri, seniman-seniwati, budayawan, dan beberapa rektor perguruang tinggi di Bali. Puri Kauhan Ubud sudah ada sejak abad ke-19 dan menyimpan banyak warisan budaya Bali,” ujar Mahfud.

Baca juga:  Bertahan Seiring Waktu, Sastra Jawa Kuna dalam Posisi Penuh Perjuangan

Mahfud mengatakan, berdasarkan cerita dari Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana, puri yang dahulu merupakan pusat kekuasaan saat ini fungsinya semakin meluas. Fungsi tersebut di antaranya terkait peran-peran kebudayaan hingga layanan sosial untuk masyarakat.

“Yang juga sangat menggembirakan adalah generasi muda mempunyai komitmen dan berpartisipasi aktif mengembangkan budaya luhur termasuk menulis sastra di daun lontar. Karena itu, kita harapkan puri tetap lestari dan bisa memberikan solusi bagi kehidupan masyarakat, khususnya di Bali,” tutur Mahfud. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *