BANGLI, BALIPOST.com – Hektaran hutan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang, Kintamani terbakar pada Sabtu (14/10). Diduga kebakaran disebabkan karena gesekan ranting kering ditambah kencangnya angin yang mengakibatkan api dengan cepat membesar dan membakar semak belukar dan pepohonan.
Kapolsek Kintamani Kompol Ruli Agus Susanto mengatakan, kebakaran hutan di kawasan TWA Gunung Batur Bukit Payang terjadi di dua titik yakni di dekat Pura Rejeng Anyar dan di dekat obyek wisata Batur Natural Hot Spring, wilayah Desa Batur Tengah Kintamani.
Kebakaran di dekat Pura Rejeng Anyar terjadi sekitar pukul 11.45 Wita. Api pertama kali terlihat muncul dari semak belukar yang merambat membakar pepohonan di Kawasan Blok Rejeng TWA (Taman Wisata Alam) Gunung Batur Bukit Payang yang berada di dekat perkebunan milik masyarakat oleh warga sekitar dan pengguna jalan yang melintas. Masyarakat sekitar berusaha memadamkan api menggunakan alat seadanya dan melaporkan kejadian tersebut kepada petugas KPHK Kintamani, Babinsa Batur Tengah dan Polsek Kintamani.
Setibanya di TKP petugas gabungan langsung berupaya memadamkan api menggunakan Pompa air milik warga sekitar dan alat seadanya. Pemadaman api juga dibantu satu unit damkar Pemkab Bangli. “Sekitar pukul 12.30 Wita, api berhasil dipadamkan oleh petugas bersama masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu kebakaran di Kawasan Blok Rejeng TWA Gunung Batur Bukit Payang tepatnya di dekat Obwis Batur Natural Hot Spring Toya Bungkah, Desa Batur Tengah, diketahui terjadi sekitar pukul 12.18 WITA. Api membakar semak dan pepohonan. Api akhirnya berhasil dikendalikan oleh petugas gabungan bersama masyarakat sekitar pukul 15.30 WITA dengan membuat sekat sehingga api tidak meluas.
Ruli mengatakan dugaan awal penyebab kebakaran dikarenakan gesekan ranting kering ditambah kencangnya angin mengakibatkan api dengan cepat membesar dan merambat membakar semak belukar dan pepohonan.
Disampaikan bahwa berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG Wilayah III Denpasar pada Bulan Oktober 2023 diprediksi sebagai puncak musim kemarau/panas bahkan melebihi musim kemarau tahun lalu. Sehingga menurutnya perlu adanya perhatian khusus dari Pemkab Bangli hingga ke Pemerintah Desa serta pihak terkait lainnya untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan terulang kembali. “Serta diperlukan mitigasi bencana kebakaran hutan dan lahan yang efektif dengan menyiagakan alat, perangkat dan personil guna penanganan yang cepat sehingga dapat mengurangi potensi Karhutla yang mungkin terjadi,” kata Ruli. (Dayu Rina/Balipost)