BEIJING, BALIPOST.com – Untuk membicarakan kemitraan strategis komprehensif kedua negara, Presiden Joko Widodo bertemu dengan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China Zhao Leji di Beijing.
“Kemitraan strategis komprehensif Indonesia dan Tiongkok telah berusia 10 tahun dan ini harus terus kita jaga untuk mempererat hubungan,” kata Presiden Jokowi di Great Hall of The People, Beijing, dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (18/10).
Jokowi bertemu dengan Zhao Leji seusai menghadiri acara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-3 Belt Road Forum (BRF) di lokasi yang sama. “Dan saya mengapresiasi kerja sama antarparlemen yang telah berjalan dengan baik,” ungkap Jokowi.
Pada sisi lain, Pemerintah Indonesia dan China, menurut dia, juga telah sepakat untuk memperkokoh kerja sama kita di berbagai bidang. “Dan tentunya ini membutuhkan dukungan dari parlemen,” katanya menambahkan.
Sedangkan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional China Zhao Leji mengatakan Indonesia adalah salah satu mitra paling penting di kawasan dalam kerangka kerja sama “Belt and Road Initiative”. “Sepuluh tahun sebelumnya Presiden Xi Jinping pertama kali memperkenalkan Initiatif Sabuk dan Jalan,” kata Zhao Leji.
Zhao menyebut di bawah kepemimpinan strategis Presiden Xi Jinping dan Presiden Jokowi, kedua negara ingin terus melanjutkan inisiatif tersebut.
“Kerja sama yang saling menguntungkan telah menghasilkan progres yang cukup prima sehingga berperan bagi peningkatan kerja sama ekonomi regional,” tambah Zhao Leji.
Seusai pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit tersebut, Jokowi dan rombongan kemudian dijamu makan siang bersama.
Turut mendampingi Presiden Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Ad Interim Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Erick Thohir, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Sekretraris Kabinet Pramono Anung, dan Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun.
Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative atau BRI) merupakan program yang diperkenalkan oleh Presiden China Xi Jinping pada 2013 dengan nama One Belt One Road (OBOR).
Saat itu, Xi ingin menghidupkan kembali kejayaan Jalur Sutera (Silk Road) pada abad ke-21. Strategi ini melibatkan investasi dan pembangunan infrastruktur besar-besaran di 152 negara yang tersebar di Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.
Belt atau sabuk mengacu pada jalur darat berupa jalan yang menghubungkan China ke Asia Tengah dan Asia Selatan, serta Eropa dan rel kereta yang juga disebut sebagai Sabuk Ekonomi Jalur Sutera.
Sedangkan, road atau jalan merujuk pada jalur laut atau Jalur Sutera Maritim pada Abad ke-21 yang menghubungkan China ke Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Timur dan Afrika Utara, serta Eropa.
Proyek-proyek infrastruktur di Indonesia yang mendapatkan pendanaan antara lain proyek energi, manajemen air, pertanian, dan transportasi berbasis rel, baik light rail transit (LRT) maupun kereta cepat.
Setidaknya ada 147 negara, termasuk Indonesia telah menekan kesepakatan dalam program BRI, contohnya adalah Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dengan jalur kereta sepanjang 142 kilometer. Ada juga kereta China-Laos, kereta ekspres China-Eropa, dan kereta Mombasa-Nairobi. (Kmb/Balipost)