DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa pantai di wilayah Bali, seperti Pantai Melasti, Pantai Uluwatu, Pantai Kuta, hingga Pantai Kelingking-Nusa Penida, dan pantai lainnya tiba-tiba berkabut, Minggu (22/10). Fenomena ini sempat membuat geger masyarakat yang beraktivitas di sekitar pantai.
Bahkan, kabut mengganggu jarak pandang menjadi sangat terbatas. I Kadek Murdiana, saat mengantar wisatawan ke Pantai Kelingking Beach mengaku kaget tiba-tiba kabut tebal menyelimuti seputaran Pantai Kelingking Beach.
Bahkan, jarak pandang sangat terbatas. Fenomena ini mulai terjadi pukul 18.00 WITA dan semakin tebal menjelang petang hingga malam. “Semakin malam semakin tebal kabutnya, jarak pandang sangat terbatas, sampai orang-orang di depan hanya berjarak 3 meteran gak kelihatan. Saya kira ada hujan, ternyata gak,” ujar Kadek Murdiana.
Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, menjelaskan fenomena kabut yang terjadi di beberapa pantai di wilayah Bali masuk dalam jenis kabut adveksi. Berdasarkan analisis dari data pengamatan udara atas di Stasiun Meteorologi I Gusti Ngurah Rai, kondisi ini dapat terjadi karena terbentuknya lapisan inversi dekat permukaan.
Lapisan inversi merupakan lapisan batas antara dua massa udara yang memiliki perbedaan suhu. Mekanismenya yaitu massa udara yang hangat dari darat bersinggungan dengan massa udara yang lebih dingin dari laut sehingga terjadi kondensasi atau pengembunan dari uap air tersebut dan membentuk kabut.
Hal ini juga didukung oleh kondisi angin permukaan yang lemah di sekitar lokasi, sehingga kabut dapat bertahan dan teramati dengan jelas. Kendati demikian, dikatakan fenomena kabut ini merupakan fenomena yang wajar sehingga masyarakat tidak perlu terlalu khawatir.
Dampaknya juga bersifat sementara saat terjadinya kabut saja berupa terbatasnya jarak pandang. Masyarakat dihimbau perlu berhati-hati jika berada dalam area yang tertutup kabut, sebab dapat mengurangi jarak pandang mendatar.
Namun, perlu dipastikan juga bahwa di sekitar lokasi terjadinya kabut tidak terdapat area kebakaran sebab kabut juga dapat berupa kabut asap. Biasanya kabut asap memiliki aroma khas terbakar dan menyesakkan. Berbeda dengan kabut yang berasal dari pengembunan uap air yang rasanya cenderung dingin dan lebih segar. (Winatha/balipost)