DENPASAR, BALIPOST.com – Atlet angkat berat asal Bali, Ni Nengah Widiasih, harus puas merebut medali perak, di kelas -45 kg, pada Asian Para Games, di Xiaoshan Sport Centre Gymnasium, Hangzhou, Cina. Lifter asal Karangasem ini, mampu mengangkat barbel 98 kg, sedangkan peraih emas atlet tuan rumah Cui Zhe angkatannya 116 kg.
Medali perunggu diraih Gulim Kurmanbayeva (Kazakhstan) angkatannya 91 kg. Ketua Umum National Paralympic Committee (NPC) Bali, Gede Komang Darma Wijaya, di Denpasar, Rabu (25/10), menerangkan, pihaknya memang menargetkan dua atlet Bali, yang berlaga pada hajatan multievent antarnegara se-Asia bagi atlet disabilitas ini, membawa pulang 1 emas dan 1 perak.
“Akan tetapi, prediksi saya Widiasih mendulang emas, sedangkan Ni Made Arianti Putri meraih perak. Kenyataannya, hasilnya terbalik,” jelas Komang Darma.
Humas NPC Bali Gusti Nyoman Setiawan, menyatakan, Arianti dan Widiasih sudah berjuang maksimal, dan hasilnya harus diterima. “Saat ini, yang diperlukan regenerasi atlet Bali, yang mampu berkiprah di kancah nasional dan internasional, dan mulai muncul dari cabor atletik,” ucap Gusti Setiawan.
Sementara Widiasih mengakui, Cui Zhe merupakan rival beratnya. “Saya akui Cui Zhe adalah lawan berat, dan kami sering bertemu baik di event level Asia maupun dunia,” kata Widiasih.
Bahkan, Cui Zhe juga menyabet emas di Paralimpiade. Meskipun merebut perak, Widiasih tetap bersyukur. Pasalnya, bagi lifter 30 tahun ini, sebelum bertanding dirinya minta restu kedua orangtuanya melalui telepon. “Yang pasti, saya membawa pulang perak ini, berkat doa semua orang termasuk doa orangtua, bukan karena mengandalkan kekuatan saya semata,” ujarnya. (Daniel Fajry/balipost)