Oleh : Viraguna Bagoes Oka
Mencermati mulai ramai dan hiruk pikuknya penentuan Capres dan Cawapres di tahun politik yang sedikit memanas, berangsur-angsur tetap akan terkendali dengan baik. Kepemimpinan solid Presiden Jokowi dengan “Strategi politics out of the box” nya yang brilian akan mampu mengatasi gejolak politik yang ada.
Namun inflasi di Indonesia termasuk Bali secara pelan tapi pasti akan bergerak naik.
Bergeraknya inflasi bukan karena situasi politik domestik, namun inflasi di Indonesia dalam waktu dekat akan dipengaruhi/dipicu oleh 3 faktor utama. Antara lain akibat pasokan kebutuhan pangan nasional (supply side) yang menurun drastis sebagai akibat internal faktor (cuaca panas) dan eksternal faktor akibat kebutuhan pangan dunia akibat krisis global yang menyebabkan pasokan ke domestik menjadi terbatas. Sementara permintaan dalam negeri (demand side) yang relatif meningkat berpotensi besar memicu inflasi.
Kedua, tingkat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung bergerak naik yang saat ini sudah mendekati Rp16.000/USD sebagai akibat tekanan neraca perdagangan dan tren terjadinya pergerakan outflow dari cadangan devisa. Ini akibat ketegangan politik dunia yang masih diwarnai terus berlanjutnya perang Ukraina vs Uni Soviet dan perang dahsyat Israel vs Hammas yang semakin banyak memakan korban hingga terbatasnya pasokan pangan dunia.
Ketiga, untuk mengantisipasi devisa outflow dan nilai tukar rupiah tetap bisa terkendali dengan, baik sehingga Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga BI rate ke angka BI7 BRR yang pada gilirannya menyebabkan biaya uang (cost of money) beranjak naik dan konsekuensinya berdampak langsung terhadap inflasi yang tak terbendung.
Dengan kondisi global sebagaimana tersebut di atas, sudah selayaknya kita semua dan pemerintah untuk bisa sigap ikut menjaga agar perpolitikan di Indonesia menyongsong tahun politik 2024 dapat tetap kondusif serta bisa fokus berkarya effisien, kredibel dan produktif untuk bisa menjaga inflasi nasional/regional/lokal tetap terjaga baik, Svaha.