Tari Baris Gede ditampilkan saat Pujawali (piodalan) Pura Kahyangan Jagat Goa Giri Putri, Minggu (29/10). (BP/win)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Bertepatan dengan Rahina Purnama Kalima, Krama Desa Adat Karangsari selaku pengempon pura menggelar puncak upacara Pujawali (piodalan) Pura Kahyangan Jagat Goa Giri Putri, Minggu (29/10). Upacara piodalan dipuput oleh Ida Rsi Bhagawan Darma Sadhu Siddhi.

Sejumlah tari wali mengiringi prosesi upacara pujawali salah satu pura kahyangan jagat terbesar di Pulau Nusa Penida ini. Seperti, Tari Topeng Sidakarya, Tari Rejang Dewa, Tari Rejang Dedari, Tari Rejang Giri Putri dan Tari Baris Gede.

Jro Mangku Gede Pura Goa Giri Putri, Mangku I Nyoman Dunia, mengatakan piodalan Pura Goa Giri Putri nyejer selama 3 hari, dan akan kasinep pada Rabu (1/11). Sebagai pura wisata spiritual, pamedek maupun wisatawan dipersilakan datang selama Ida Bhatara nyejer.

Baca juga:  Ari Dwipayana Sampaikan Perjalanan Panjang Intelektual Bali Perjuangkan Eksistensi Hindu

Pura Goa Giri Putri telah dibuka untuk umum sejak digelar upacara karya agung pada 2007 silam. Sehingga, pemedek maupun wisatawan dapat mengakses pura ini setiap hari.

Dikatakan, ada beberapa tahapan persembahyangan yang dilakukan oleh para pemedek. Dimulai dengan menaiki puluhan anak tangga menuju tempat persembahyangan pertama, yakni Pelinggih Ida Hyang Tri Purusa Lan Ganapati.

Persembahyangan kedua dilaksanakan untuk menghaturkan sembah bhakti di Pelinggih Ida Hyang Wisnu dan Wasuki, serta terdapat pula lingga yoni yang melambangkan stana Dewa Siwa yang letaknya tidak jauh dari pelinggih utama.

Setelah itu, dilanjutkan melakukan prosesi ketiga, keempat, dan kelima yang letaknya tidak jauh dari tempat persembahyangan kedua. Ketiga tempat tersebut merupakan Linggih Ida Hyang Dewi Gangga (tempat melukat), Ida Hyang Giri Pati, dan Ida Hyang Giri Putri.

Baca juga:  Pilkada Klungkung, Sejumlah Partai Bergabung Bentuk Poros Baru

Pemedek diharuskan untuk melakukan penglukatan terlebih dahulu sebelum melakukan persembahyangan. Penglukatan tersebut dimaksudkan untuk memohon kepada Dewi Gangga agar secara lahir batin terlepas dari hal-hal negatif.

Usai melaksanan penglukatan dan persembahyangan di Pelinggih Ida Hyang Giri Pati, dilanjutkan melakukan persembahyangan di Linggih Ida Hyang Giri Putri yang letaknya dalam ceruk dinding goa.

Menurut Jro Mangku Dunia, persembahyangan di Pelinggih Ida Hyang Giri Putri merupakan pelinggih utama dalam rangkaian persembahyangan di Goa Giri Putri. Di sini, terdapat dua pelinggih yang terbuat dari batu paras putih khas Nusa Penida, bersisian dengan mata air dari atap goa yang selalu menetes.

Ada juga tempat untuk bersemadi (bertapa) yang berada agak menjorok kedalam sekitar tujuh meter dari pelinggih. Tempat payogan ini dipercaya adalah tempat peraduan Hyang Giri Putri dengan Hyang Giri Pati.

Baca juga:  Pasar Umum Negara akan Dibongkar, Sejumlah Pedagang Tolak Pengosongan

Terakhir, persembahyangan dilakukan di Pelinggih Ida Hyang Siwa Amerta, Rambut Sedana, Melanting, Ratu Syahbandar, Dewi Kwan Im, Dewa Langit, dan Dewa Bumi. Tempat sembahyang ini dihiasi oleh ornamen yang berwarna merah, seperti naga dari kertas merah, lampion merah, terdapat juga patung dewa-dewi khas China.

Jro Mangku Dunia menceritakan, semua dewa yang melinggih di tempat persembahyangan terakhir, merupakan Dewa Pemurah, Pengasih, Penyayang, Penolong, Kebijaksanaan, serta Dewa-dewi Kemakmuran. Secara umum, ini merupakan konsep Siwa-Budha sebagaimana halnya yang biasa ditemukan di pura besar di Bali. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *