JAKARTA, BALIPOST.com – Sebanyak 24 kasus positif cacar monyet (Mpox) di daerah ini berdasarkan data harian 31 Oktober 2023, semuanya berjenis kelamin laki-laki bergejala ringan.
“Kasus positif total ada 24 orang, semua bergejala ringan, semua tertular dari kontak seksual, semua laki-laki berusia 25-50 tahun,” kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, saat dikonfirmasi di Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (1/11).
Dari 24 kasus tersebut, satu orang sudah dinyatakan sembuh, sedangkan 23 kasus lainnya merupakan kasus positif aktif yang saat ini masih menjalani perawatan intensif dan isolasi di rumah sakit.
Rincian 23 kasus positif aktif 2023 tersebut ditemukan pada 13 Oktober (1 kasus), 19 Oktober (1 kasus), 21 Oktober (5 kasus), 24 Oktober (3 kasus), 25 Oktober (2 kasus), 26 Oktober (2 kasus), 27 Oktober (1 kasus), 28 Oktober (1 kasus), 29 Oktober (2 kasus), 30 Oktober (3 kasus), dan 31 Oktober (2 kasus).
Lalu, sebanyak tujuh orang berstatus suspek atau terduga bergejala cacar monyet yaitu kasus pada 30 Oktober (2 kasus) dan 31 Oktober 2023 (5 kasus). “Kasus positif aktif 23 orang, tingkat positif PCR 33 persen,” katanya.
Adapun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggencarkan vaksin cacar monyet dan memperluas penelusuran (tracing), menyusul bertambahnya kasus tersebut di Ibu Kota.
Ngabila menyebut, total penerima vaksin cacar monyet saat ini sudah 447 orang dari target 495 orang.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, Pemprov DKI Jakarta juga melakukan pelacakan (tracing) dengan tim khusus bersama mitra terkait.
Tim tersebut bertugas memproses, mencari dan memantau pihak yang berkontak erat dengan orang yang terkena cacar monyet.
Untuk kontak erat non-seksual akan dipantau gejalanya setiap hari oleh Puskesmas Kecamatan. Jika ditemukan adanya gejala cacar monyet, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Adapun respon cepat yang telah dilakukan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tambah dia, yakni menyiagakan ruang isolasi rumah sakit, menyiapkan obat-obat antivirus dan berkoordinasi aktif dengan para pakar di rumah sakit vertikal terkait tatalaksana kasus. (Kmb/Balipost)