DENPASAR, BALIPOST.com – Bali memiliki peringatan dini tsunami yang dinamakan Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS). Biaya pengadaaan dan perawatannya sangat mahal. Putra asli Bali, I Gede Agung Teja Busana Yadnya melakukan inovasi menciptakan Bali-Tsunami Early Warning System (B-TEWS), yang biaya perawatannya lebih murah.

INA-TEWS, biaya perawatannya mencapai Rp100 juta per unit, sedangkan pengadaannya menelan dana Rp1 miliar-Rp1,3 miliar per unit. “Sparepart sangat mahal bila menggunakan sistem yang lama. Bayangkan saja biaya perawatan atau maintenance perunit bisa lebih dari Rp100 juta. Coba dikalikan saja, ada 9 unit. Hampir mendekati Rp1 miliar,” ujar Agung Teja, Sabtu (25/11).

Agung Teja lalu melakukan inovasi dengan berbagai penelitian dan percobaan sejak Mei 2023-November 2023. Menghadapi persoalan itu, Teja melakukan berbagai inovasi.

Baca juga:  Tertangkap Tangan Pungli, 6 Petugas Pos KTP Gilimanuk Diamankan

Akhirnya sistem satelit ini diganti dengan sistem radio digital. Dimana, sirene terkoneksi dengan radio digital dengan menggunakan pulsa melalui kartu GSM. Uji coba ini sudah dilakukan dan tanpa menggunakan satelit pun, sirine peringatan dini tsunami tersebut tetap berbunyi dan sudah pernah dicoba setiap tanggal 26. Sistem baru ini dinamakan Bali-Tsunami Early Warning System yang disingkat menjadi B-TEWS.

Sekretaris BPBD Provinsi Bali ini mengungkapkan alasan Pemerintah Provinsi Bali mengambil langkah cepat dengan inovasi baru B-TEWS ini agar jangan sampai wilayah Bali tidak memiliki sistem peringatan dini tsunami. Sebab hasil kajian risiko bencana menunjukkan bahwa Bali adalah salah satu wilayah rawan bencana. Karena ada 15 jenis bencana dengan mayoritas berisiko tinggi dan beberapa yang berisiko sedang serta rendah.

Baca juga:  Ratusan Unggas Berpotensi Flu Burung Diamankan di Gilimanuk  

Tsunami adalah salah satu yang berisiko tinggi dan sejarah menunjukkan bencana tsunami selalu berdampak pada korban secara masif. Potensi tsunami juga teridentifikasi dari berbagai riset oleh para ahli dan analisis BMKG yang mendeteksi adanya dua zona megatrust di bagian selatan Pulau Bali, yaitu Megathrust East Java dengan potensi gempa 8,7 SR dan Megathrust Sumba dengan potensi gempa 8,5 SR. Data historis yang tercatat setidaknya Bali pernah mengalami tsunami sebanyak 8 kali.

Mahalnya sistem Ina-TEWS menyulitkan Pemerintah Provinsi Bali untuk menambah infrastruktur jaringan sirine, sehingga cakupan layanan peringatan dini sangat rendah. Padahal masyarakat pada zona bahaya tsunami yang mendapat akses peringatan tidak sampai 5 persen. Sementara konsensus global yang dihasilkan pada konferensi Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) tahun 2022, menyatakan bahwa setiap penduduk atau 100 persen penduduk harus mendapatkan layanan peringatan dini bencana pada tahun 2030.

Baca juga:  Babi Mati di Bali Sentuh Angka Seribuan Ekor, Ini Kabupaten dengan Kematian Terbanyak 

Menurutnya, sistem kerja Ina-TEWS selama ini dibantu oleh BMKG dengan menggunakan satelit. Sistem ini malah dalam perawatan. Sementara peringatan dini tsunami sangat penting di Bali.

“Bali sudah mengaplikasikan sistem baru dalam sistem peringatan dini tsunami dari Ina-TEWS ke B-TEWS. Pergantian ini sebagai strategi Pemerintah Provinsi Bali untuk mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih efektif, efisien dan dapat dikolaborasikan dengan privat sektor tanpa mengurangi kehandalannya,” tandasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *