DENPASAR, BALIPOST.com – Kinerja ekonomi Bali pada triwulan III 2023 tumbuh sebesar 5,35% (yoy). Kondisi ini menunjukkan peningkatan signifikan setelah pandemi COVID-19.
Pertumbuhan positif ekonomi Bali, tak terlepas dari peran sektor usaha mikro, kecil, dan menengah hingga ultra mikro, seperti disampaikan Anggota Komisi XI DPR RI Agung Rai Wirajaya. Ia pun mengharapkan pembinaan terhadap UMKM agar benar-benar dilakukan, tak cuma sebatas wacana. Namun membina sampai bisa “berlari.”
Ia berharap ke depan UMKM dapat bertumbuh lebih kuat sehingga Bali tidak memiliki beban berat dengan hanya mengandalkan pariwisata. Ia mencontohkan ketika terjadi Covid-19, perekonomian Bali terkontraksi 12,8 persen. Namun berkat kerja keras semua pihak, UMKM dapat didorong untuk menopang pertumbuhan ekonomi Bali.
Berdasarkan data di Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali, pertumbuhan UMKM setiap tahun naik 2 persen. Di 2023 jumlahnya mencapai 442.848.
Dari data tersebut, dominan merupakan usaha mikro sebanyak 387.279 unit, sedangkan usaha kecil 43.296, dan menengah sebanyak 11.273.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan UMKM meningkat signifikan 41,50 persen atau sebanyak 129.881. Terbanyak bergerak pada bidang usaha perdagangan mencapai 264.650 (58,76%), industri pertanian sebanyak 70.702 ( 15,97%), industri non pertanian mencapai 63.740 (14,39%), dan aneka jasa berjumlah 43.756 (9,88%).
Kerja keras agar UMKM dan UMi tak cuma naik kelas namun bisa “berlari” hingga ekspor ke mancanegara telah getol dilakukan BRI, termasuk di Bali. Bahkan BRI telah dikenal sebagai ikon dari bank yang fokusnya di UMKM dan UMi.
Banyak kisah sukses pelaku UMKM di Bali yang merasakan sentuhan BRI, baik itu lewat akses layanan keuangan, pembinaan, hingga bantuan sarana dan prasarana. Salah satunya, Komang Lusi yang bergerak di bidang fesyen.
Rancangan busananya yang dipasarkan dengan jenama Lusi Damai itu sudah merasakan panggung internasional. Belum lama ini, ia pun mengakui ada peran BRI dalam perkembangan usahanya.
Salah satu nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI ini mengaku tertarik meminjam modal karena bunga yang rendah. Lusi meminjam KUR Rp 25 juta dengan tenor 2 tahun.
Kegigihannya menjalankan usaha membuatnya tak kesulitan menyelesaikan kreditnya. Ia menilai permodalan menjadi faktor penting dalam perjalanan sebuah usaha.
Namun tidak banyak pelaku usaha yang memiliki permodalan sendiri sehingga memerlukan bantuan permodalan dari perbankan. KUR BRI dengan suku bunga rendah sangat membantu Komang Lusi dalam mengembangkan usahanya hingga menjadi seperti saat ini.
Perempuan yang sejak kecil lekat dengan dunia garmen karena bisnis yang ditekuni orangtuanya ini awalnya hanya menjual baju rancangannya ke teman-temannya. Namun kini, ia aktif mengikuti berbagai pameran, baik itu di Bali, Indonesia, maupun mancanegara.
Material bajunya menggunakan tenun endek yang diambil langsung dari perajin yang tersebar di berbagai kabupaten di Bali. Menurutnya setiap perajin tenun memiliki ciri khas motif yang selalu disampaikannya dalam label harga sehingga penenun lokal juga dapat terangkat dan dikenal masyarakat.
Berbagai model pakaian berbahan endek ia ciptakan mulai dari blazer, dress, kemeja, dan model lainnya. Sejumlah artis, seperti Anang dan Ashanty menggunakan wardrobe darinya selama syuting program pencarian bakat, terutama untuk model jaket bomber. Dalam sebulan, Komang Lusi mampu membukukan omzet Rp 30 juta sampai Rp 40 juta.
Berpihak ke UMKM
Keberpihakan BRI pada UMKM juga diakui, I Nyoman Yenni Susanti. Perempuan yang membuat produk ramah lingkungan, terutama jenis ecoprint itu, merupakan nasabah BRI dan mendapat kesempatan diajak berpameran dalam berbagai event. “Apalagi BRI eventnya skala besar-besar, jadi sangat membantu dari sisi penjualan maupun branding produk,” sebutnya saat ditemui di Pesta Rakyat Simpedes yang digelar di Renon pada September lalu.
Pemilik Griya Anyar Dewata ini juga menggunakan sejumlah layanan BRI, seperti QRIS BRI. Lewat aplikasi BRImo, ia juga dapat memantau transaksi secara realtime, sehingga kekhawatiran dana tidak masuk ketika pembeli membayar dapat dicegah. “Apalagi sekarang di BRImo ada fitur merchant, jadi kita bisa melihat dana sudah masuk atau belum, lebih real time dan langsung ada pemberitahuan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Klaster Paras Taro, I Wayan Parnata menyampaikan pihaknya sangat dibantu dengan adanya dukungan dari BRI. Pria asal Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar ini bertahun-tahun aktif sebagai ketua yang membantu berbagai kebutuhan, demi kemajuan usaha yang banyak dijalankan warga setempat.
Dukungan BRI disebutnya sangat membantu kemajuan usaha para anggota dalam memperluas bisnisnya. Dukungan dari BRI sendiri berupa akses layanan keuangan, serta pembinaan, hingga bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha.
Klaster Usaha Paras Taro menghasilkan berbagai produk kerajinan yang kebanyakan memang berhubungan dengan tempat peribadatan umat Hindu. Beberapa produk mereka seperti candi, angkul-angkul, tembok, hingga pelinggih.
Nilai tambah dari klaster usaha ini adalah produk yang dihasilkan bisa menggunakan berbagai motif sesuai dengan permintaan pembeli.
Untuk pemasarannya sendiri, ternyata tidak hanya sebatas di wilayah Bali saja. “Pemasaran kalau saya sendiri sudah sampai Jakarta, Bogor, hingga Lombok. Kalau teman-teman ada yang sampai Lampung dan kota di Sumatera lainnya,” ungkapnya.
Ia pun menuturkan awalnya berkenalan dengan BRI. “Pendampingan BRI dimulai sekitar tahun 2018. Awalnya itu saya kan terkendala modal usaha untuk memperluas bisnis saya, lalu ada Mantri BRI yang mengajukan usaha saya ke Program Klaster Usaha,” sebutnya.
Adapun bantuan yang diberikan oleh BRI berupa pembinaan serta bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha disana. Ia pun mengakui jika sekarang klaster usahanya sudah jauh lebih berkembang.
Jika dulu di awal berdiri hanya 10 orang, kini anggotanya sudah jauh lebih banyak. Bahkan, sekitar 50 persen warga Banjar Belong menjalankan usaha ini. “Dampaknya sangat membantu perekonomian warga di Desa Banjar Belong. Mungkin sejak 2010, sudah ada peningkatan penghasilan sekitar 75 persen. Memang kalau perajin itu penghasilannya tidak tetap jumlahnya, tapi bisa rutin dapat setiap bulan. Perajin itu sendiri kan juga musiman. Kalau di Bali ada yang momen yang namanya Purnama Kadasa dan Purnama Kapat, itu biasanya mulai banyak pesanan pelinggih jadi kita bisa mendapatkan penghasilan lebih,” jelasnya.
Menjalankan peran sebagai ketua klaster sejak awal berdiri, Wayan pun memiliki harapan agar usahanya bisa semakin berkembang. “Harapannya adalah klaster usaha ini semakin maju dan juga semoga bisa mendapatkan permodalan dengan agunan rendah dari BRI, jadi bisa membantu memperluas usaha.”
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dikutip dari rilisnya mengatakan BRI lewat program Klaster Usaha ‘Klasterkuhidupku’ berkomitmen untuk selalu memberikan pendampingan maupun pemberdayaan, sehingga pelaku UMKM mampu untuk lebih tangguh dan naik kelas. “Tidak hanya berupa modal usaha saja, tapi juga berupa pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat terus tumbuh. Kisah Para Perajin Batu Paras Taro diharapkan bisa jadi kisah inspiratif yang bisa direplika oleh pelaku usaha lainnya,” tambahnya.
Menaikkelaskan Pelaku Usaha
Pada periode Januari-September 2023, BRI telah berhasil menaikkelaskan pelaku usaha sebanyak 2,3 juta debitur. Rinciannya, sekitar 351 ribu pelaku usaha naik kelas dari KUR Super Mikro ke KUR Mikro. KUR Mikro ke KUR Kecil mencapai 1,9 juta debitur, dan KUR Kecil ke Kredit Komersial sekitar 13.000 debitur.
Supari mengatakan dalam menyalurkan kredit bersubsidi tersebut BRI selalu memegang prinsip kehati-hatian dan asas prudential banking. Sebab, KUR bukan merupakan hibah atau bantuan dari pemerintah.
KUR merupakan kredit, di mana dana yang dikucurkan 100% berasal dari dana bank atau bersumber pada penghimpunan dana masyarakat. “Sehingga penyaluran KUR harus dapat dipertanggungjawabkan, dan harus tetap dijaga kualitas kreditnya,” tegasnya.
Di sisi lain, pada tahun ini terdapat penurunan target penyaluran KUR yang diberikan oleh pemerintah kepada BRI. Sebelumnya, target penyaluran KUR BRI pada 2023 mencapai Rp270 triliun. Kemudian direvisi menjadi Rp194,4 triliun.
Supari lanjut merinci, adapun pada periode Januari-Oktober 2023 BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp123,51 triliun kepada 2,7 juta debitur. Sehingga sampai dengan akhir Oktober 2023 BRI telah mengucurkan 63% dari total target penyaluran KUR tahun ini.
Secara nasional, pemerintah pun melakukan revisi penurunan target penyaluran KUR dari Rp450 triliun menjadi Rp297 triliun tahun ini. Apabila dibandingkan dengan tahun lalu, target KUR nasional pada 2022 mencapai Rp373 triliun dengan realisasi penyaluran sekitar Rp365 triliun.
Supari pun mengatakan, penyaluran KUR BRI pada Januari-Oktober 2023 baru terlaksana dengan signifikan setelah pedoman dan perangkat kebijakan penyaluran KUR lengkap pada awal September 2023. Dia pun menyebut, instrumen kebijakan yang telah dibuat pemerintah melalui Permenko Perekonomian No.1 Tahun 2023 tanggal 27 Januari 2023 tentang Perubahan Atas Permenko Perekonomian No. 1 Tahun 2022 Tentang Pedoman Pelaksanaan KUR dan Keputusan Menteri Keuangan No. 317 Tahun 2023 tanggal 4 September 2023 Tentang Besaran Subsidi Bunga Subsidi Marjin KUR, sangat mendukung pelaku usaha dan memberikan pedoman yang kuat bagi para bank penyalur untuk patuh dalam menyalurkan KUR.
Penyaluran KUR melalui BRI, menurut Supari, adalah salah satu keberpihakan pemerintah dan Perseroan terhadap pelaku UMKM. Bukti komitmen BRI lainnya dalam mendukung pelaku UMKM tercermin pula melalui penyaluran kredit kepada sektor tersebut yang tumbuh double digit sebesar 11,01% secara tahunan menjadi Rp1.038,9 triliun di akhir triwulan III 2023.
Dengan demikian porsi kredit UMKM mencapai 83,06% dari total portofolio kredit BRI. Bahkan khusus untuk portofolio kredit mikro komersial yaitu Kupedes BRI, hingga akhir September 2023 tercatat mencapai sebesar Rp201,4 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 57,5% secara tahunan, dengan peminjam sebanyak 4,5 juta debitur atau meningkat 71,6%.
Pertumbuhan tersebut, menurut Supari diiringi pula dengan sistem mitigasi risiko yang matang. BRI telah memiliki sistem skoring dalam proses analisa kredit pinjaman komersial mikro di luar KUR. Sehingga ketika muncul potensi risiko dalam skoring tersebut, maka diperlukan agunan tambahan.
Contohnya saat ini BRI telah memiliki PARI (Pasar Rakyat Indonesia), platform aplikasi digital marketplace komoditas pangan besutan BRI untuk pelaku usaha. Dalam aplikasi PARI, pinjaman sampai dengan Rp1 miliar tanpa diminta agunan tambahan karena BRI menjadi bagian dari ekosistem komoditas.
Semua aktivitas bisnis end to end terdapat dalam platform tersebut. Dan saat ini portofolio pinjaman melalui platform PARI telah mencapai Rp4 triliun dengan jangka waktu pinjaman relatif pendek, yaitu sekitar 14 hari kerja. (Diah Dewi/balipost)