Oleh Kadek Indayani
Pariwisata merupakan salah satu industri yang paling cepat mengalami perkembangan. Industri pariwisata banyak berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata dunia terus melakukan perbaikan.
Bali sebagai salah satu tujuan destinasi wisata yang menjadi andalan dalam mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Perpaduan keindahan alam serta keragaman budaya yang kental, menjadi atribut utama dalam industri pariwisata di Bali. Keragaman budaya dan keindahannya tidak terlepas dari kontribusi dan peran serta desa adat di bali yang masih ajeg sampai saat ini. Pulau Bali terdiri dari beragam desa yang bervariasi dengan kebudayaanya.
Desa menjadi bagian yang sangat penting terutama peran desa adat sebagai sebuah sistem hukum lokal yang harus diakui Negara sebagai kekuatan dasar dalam menjaga budaya nasional. Desa yang cerdas manakala desa yang mengikuti perkembangan zaman serta mampu mandiri. Selain itu menjunjung tinggi nilai kebersamaan, gotong-royong dan spritualisme yang menjadi kearifan lokal.
Desa wisata banyak digaungkan untuk memperkenalkan objek wisata yang ada di Desa. Desa wisata terdiri dari komunitas atau masyarakat yang berada dalam suatu wilayah yang bisa saling berinteraksi dalam kegiataan kepariwisataan secara langsung.
Desa wisata memiliki kepedulian serta kesadaran untuk berperan serta bersama dengan menyesuaikan keterampilan masyarakat setempat. Desa wisata dibentuk untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian dalam menyikapi potensi pariwisata atau lokasi daya tarik wisata diwilayah desa.
Tujuan dari pembentukan desa wisata diantaranya untuk meningkatkan posisi dan peran masyarakat sebagai pelaku penting dalam pembangunan sektor pariwisata. Bersinergi serta bermitra dengan pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan kualitas perkembangan pariwisata di daerah. Menumbuhkan sikap dukungan positif dari masyarakat desa sebagai tuan rumah. Ketika semua warga memberi kontribusi terbaik, hal tersebut merupakan sumber daya utama mewujudkan program desa wisata.
Peningkatan teknologi yang signifikan memudahkan pelaku wisata untuk mengakses dan mengirimkan informasi terkait objek wisata yang terbaru untuk dikunjungi oleh wisatawan. Strategi yang yang diperlukan agar desa wisata mampu tetap eksis serta dikombinasikan dengan peran teknologi di antaranya positioning, diferensiasi, dan branding.
Positioning merupakan aktivitas untuk merancang penawaran dan citra desa agar menempati tempat khusus di benak wisatawan. Adanya positioning mampu memberikan kesan kepada wisatawan baik sebelum kegiatan wisata ataupun setelahnya. Ketika positioning itu berhasil dan mampu memberikan kesan yang baik, tentu wisawatan akan merekomendasikannya kepada kerabat dan teman dekatnya.
Mewujudkan positioning tidaklah cukup dengan memaksimalkan kualitas layanan, melainkan desa wisata juga harus memiliki perbedaan yang unik dengan desa wisata yang lain. Oleh karena itu, setiap pembukaan objek wisata baru, pengelola destinasi wisata harusnya mampu mengidentifikasi keunikan dan keunggulan dari objek wisata sejenis yang menjadi pesaingnya.
Brand merupakan sebuah cara pandang atau pengalaman konsumen yang terasosiasi dengan suatu produk ataupun jasa. Membangun brand tidak bisa terjadi dalam satu malam, membangun brand merupakan sebuah proses yang sangat panjang untuk dilakukan. Kesuksesan dalam membangun brand ini bisa menghasilkan hubungan jangka panjang.
Selain itu, brand juga dapat menghantarkan manfaat tambahan seperti manfaat ekspresi diri pengguna dan manfaat emosional. Membangun Brand Desa Wisata sangat diperlukan untuk menghadapi persaingan dan memperkenalkan secara mendalam pada khalayak wisatawan. Salah satu permasalahan yang terjadi terkait persaingan antar desa wisata ataupun destinasi wisata lainnya adalah dikarenakan tidak dikenalnya suatu desa wisata dibandingkan dengan desa wisata lainnya.
Perilaku calon wisatawan telah berubah yang disebabkan oleh fenomena masyarakat yang saling terhubung secara transparan melalui teknologi digital. Dengan demikikan, pengelola dalam hal ini kelompok sadar wisata harus adaptif dalam mengemas branding. Branding digital adalah sebuah identitas dan visibilitas produk kepada konsumen untuk menemukan dan berinteraksi dalam ruang digital. Konsep digital branding merupakan suatu strategi pemasaran agar konsumen lebih mudah dalam menemukan (attention), memperoleh ketertarikan (interest), menemukan informasi detail (search), dan melakukan kunjungan ataupun aktivitas dalam destinasi wisata.
Mengidentifikasi keunikan dan mempublikasikan sebuah icon adalah langkah awal dalam menciptakan branding digital. Icon yang telah dibuat wajib dipublikasikan secara masif, agar calon wisatawan mudah menemukan dan memperoleh ketertarikan. Harapan terakhir wisatawan memperoleh pengalaman menarik sehingga dapat membagikan (share) kesannya baik secara langsung maupun melalui sosial media. Tentu aktivitas digital ini akan menguatkan branding dari icon dan keunikang yang disampaikan.
Menjadikan desa sebagai pusat kegiatan wisata alam untuk praktek siswa maupun mahasiswa juga mampu meningkatkan branding secara langsung. Kegiatan seperti workshop, seminar, dan rapat kerja adalah salah satu kegiatan yang mampu mendatangkan banyak orang, sehingga meningkatkan peluang untuk memperkenalkan produk wisata serta branding yang dimiliki.
Branding dapat membantu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Brand yang dilihat oleh wisatawan akan merangsang keputusan untuk berkunjung ke tempat wisata. Selain itu Brand dari Destinasi ataupun Desa Wisata akan membangun kedekatan antara wisatawan dengan destinasi wisata, sehingga meningkatkan loyalitas wisatawan terhadap destinasi.
Penulis, Mahasiswa Prodi S2 Ilmu Manajemen Universitas Pendidikan Ganesha