DENPASAR, BALIPOST.com – Infeksi paru-paru akibat bakteri mycoplasma pneumonia patut diwaspadai. Terutama untuk anak-anak dan balita. Namun demikian, masyarakat diimbau tidak perlu panik.
Antibiotika dapat menyembuhkan penyakit yang sempat disebut pneumonia misterius ini. Yang paling utama adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Berbeda dengan Covid-19, mycoplasma pneumonia bukan penyakit baru. Menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unud, Prof. Pande Putu Januraga, penyakit berupa infeksi bakteri pada saluran napas dan paru ini disebabkan oleh bakteri. “Mycoplasma pneumonia sudah ada jauh sebelum munculnya Covid-19,” katanya saat melalui pesan teks, Kamis (7/12).
Karena penyebabnya adalah bakteri, kata Prof. Pande Januraga, antibiotik dapat digunakan. Tingkat keparahan penyakit ini memang diakui dapat terjadi. “Memang penyakit ini bisa menimbulkan gejala berat dan MRS terutama pada anak karena sistem imun yang masih belum baik,” terang Prof. Pande Januraga.
Untuk itu, jika anak-anak atau balita batuk, demam dan pilek sebaiknya segera ke layanan Kesehatan. Penularannya sama seperti penyakit saluran napas pada umumnya yakni lewat droplet infeksi.
Ia meminta masyarakat meningkatkan upaya pencegahan yakni dengan memakai masker terutama jika sedang sakit batuk atau pilek. “Termasuk mereka yang merasa berisiko atau rentan. Selalu jaga kebersihan tangan dan jangan menyentuh area hidung dan mulut sembarangan tanpa mencuci tangan sebelumnya. Hindari tempat yang terlalu ramai atau padat, jika terpaksa sebaiknya ya pakai masker,” bebernya.
Pencegahan terbaik untuk mycoplasma pneumonia tentunya menjaga agar kondisi imun tetap baik dengan makanan sehat dan olahraga. Disarankan kepada pemerintah untuk melakukan edukasi kepada masyarakat dengan lebih intens. “Yang ada tanda sesak segera ke layanan Kesehatan. Terutama balita dan anak,” katanya mengingatkan.
Sikapi dengan pola hidup bersih dan sehat, penyakit ini sudah ada di antara kita sejak lama, jangan khawatir berlebihan yang penting adalah PHBS.
Sementara itu, dikutip dari ANTARA, Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Nastiti Kaswandani menyebut tingkat keparahan mycroplasma pneumonia tidak separah SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. “Dibandingkan dengan Covid-19, influenza, atau penyebab pneumonia lain seperti pneumokokus yang kemarin vaksinnya baru kita adopsi di program nasional, itu keparahan miycroplasma pneumonia jauh lebih rendah,” katanya dalam konferensi pers virtual terkait miycroplasma pneumonia diikuti dalam jaringan (daring) di Jakarta, Rabu (7/12).
Ia mengatakan mycoplasma pneumonia bukan suatu bakteri yang baru di dunia, berbeda dengan Covid-19 yang memang sejak 2019 dikenal sebagai virus baru. Nasiti mengatakan mycoplasma pneumonia sudah lama disebutkan dalam berbagai literasi tentang pneumonia sebagai bakteri penyebab pneumonia pada anak.
Sebelum pandemi pun, kata dia, muncul penelitian di China yang menyebutkan proporsi mycroplasma pneumonia paling tinggi terjadi pada anak prasekolah dan usia anak sekolah sebesar 30 persen, sedangkan pada bayi mencapai lima persen. (Nyoman Winata/balipost)