SEMARAPURA, BALIPOST.com – Masyarakat Bali memiliki berbagai cara dalam rangka memohon keselamatan kepada alam semesta. Seperti krama Desa Adat Banjarangkan, Klungkung, masyarakat setempat melakukannya dengan menggelar upacara Nangluk Merana nemonin Purnama Sasih Kanem. Upacara nangluk merana diselenggarakan pada umumnya untuk menetralisir mala dan memohon keselamatan agar masyarakat dijauhkan dari hal-hal buruk.
Bendesa Adat Banjarangkan, Ngakan Nyoman Muliawan, pada kesempatan itu menyampaikan bahwa tradisi menggelar Upacara Nangluk Merana diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Prosesi ini diikuti antusias oleh seluruh krama desa setempat. Masing-masing palawatan (sesuhunan berupa barong/rangda/pratima) katedunang menuju pantai. Krama pun antusias ngiringang palawatan menuju pantai sebagai pusat upacara. Di sanalah seluruh palawatan dan krama desa melanjutkan tahapan seluruh Upacara Nangluk Merana.
Terlihat juga beberapa pelawatan dihaturkan sesajen di-puput Ida Pedanda Gede Putra Manuaba Gria Gede Tusan diiringi dengan Gamelan Baleganjur. Ngakan Muliawan menambahkan, mengingat Pantai Tegal Besar mengalami abrasi, tanpa mengurangi makna upacara Nangluk Merana, upacara dilaksanakan di Pantai Watu Klotok dimulai dari pukul 15.00 wita. Sampai di pantai dilakukan upakara di Segara, dilanjutkan menuju Pura Kahyangan masing-masing, krama setempat juga menghaturkan sesajen dengan berisi benang berwarna merah, putih, dan hitam (tridatu).
Bendesa adat asal Banjar Pagutan ini menambahkan, Sasih Kanem memang merupakan musim pancaroba, dimana terjadi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Musim pancaroba tentu saja berdampak pada kondisi gejolak alam dan merebaknya berbagai penyakit maupun hama. Disinilah momen yang tepat untuk menggelar upacara Nangluk Merana ini, agar masyarakat desa setempat dan Bali pada umumnya, dijauhkan dari berbagai hal-hal buruk yang bisa saja terjadi dalam hidup.
“Dengan adanya upacara Nangluk Merana inilah kami harapkan dapat memberikan keselamatan lahir batin, sekaligus memohon berkah kesuburan. Terlebih lagi, dalam pergantian sasih ini harus dimaknai dengan baik, dilaksanakan dengan lascarya, ngaturang bhakti dan banten, memohon keselamatan agar terjadi penetralan kesimbangan alam,” katanya. (Bagiarta/balipost)
Simak selengkapnya di video